Anthony Susilo:: Kemitraan Sektor Swasta dalam Membantu Rumah Tangga Petani Skala Kecil Secara Berkelanjutan
Peluang produksi dan potensi pasar kacang hijau di Indonesia sangat besar. Membaca ini, Anthony Susilo, CEO dari CV Semi membantu petani kecil agar produktivitas dan pendapatan dari kacang hijau menjadi lebih baik. Hari ini di panggung inspirasi Anthony berbagi kisahnya mengelola model bisnis agar berkelanjutan secara komersial dan memberikan dampak sosial
Usaha yang berbasis di Purwodadi Grobogan, Jawa Tengah ini fokus pada distribusi pertanian. Semasa muda, Anthony kerap menyaksikan antrian petani di depan toko saat pagi hari untuk membeli bibit kacang hijau. “Kacang hijau yang kami jual itu dari petani yang tidak jelas asal muasalnya,” kenangnya.
Selepas kuliah ketika Anthony harus meneruskan usaha keluarga tersebut, mulailah ia mengembangkan produksi benih kacang hijau bermutu dan bersertifikat. Ia berpikir bahwa ada banyak benih tanaman lain yang memiliki sertifikat tapi kenapa untuk bibit kacang hijau tidak ada. “Akhirnya kami mulai cari benih dan saat itu bersyukur dipertemukan dengan PRISMA, kami mendapat informasi bahwa di Indonesia ada banyak jenis kacang hijau,” ujar Anthony.
Kacang hijau bersertifikat yang dikembangkan kini menjadi andalan bagi ibu-ibu petani di wilayahnya. Tidak hanya unggul dalam kualitas, tapi juga produktivitas. Pun harga jualnya jauh lebih tinggi. Semula, satu hektar kacang hijau hanya menghasilkan 500 kg dengan harga jual 5-8 ribu/kg yang dipanen dalam waktu 70 hari. Dengan bibit kacang hijau berkualitas yang ia punya, satu hektar bisa menghasilkan satu ton dengan harga jual 15 ribu yang bisa dipanen dalam waktu lebih singkat, yaitu 60 hari. “Bayangkan bagaimana ibu-ibu kini bisa tersenyum penuh kegembiraan, dari 4 juta menjadi 15 juta dan waktunya hanya dua bulan saja,” ujarnya bangga.
Anthony mengungkapkan bahwa kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah kering. Hal ini tentu menggembirakan petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ekosistemnya cenderung kering. Ia menambahkan bahwa untuk menanam kacang hijau tidak perlu mengganti tanaman yang sudah ada. “Coba perhatikan mungkin setelah tanam padi atau jagung tanahnya nganggur dan kosong, bisa dimanfaatkan untuk ditanami kacang hijau,” katanya.
Kacang hijau memiliki potensi pasar yang sangat besar. Untuk pasar dalam negeri di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) saja membutuhkan 150 ton per hari. Sementara untuk pasar luar negeri, Anthony menyebutkan bahwa Indonesia sudah mengekspor 900 container berukuran 40-foot ke China dan Taiwan.
Peluang inilah yang menurut Anthony dapat dioptimalkan. Ia berjanji akan membantu para petani untuk menanam kacang hijau agar penghasilan mereka bertambah. “Nah, mari kita manfaatkan lahan kosong di sekitar kita, kami bersedia membantu petani menanam kacang hijau, mengelola pasca panen, kemudian membuka pasarnya, petani-petani kita itu bukan malas tapi belum tahu ternyata kacang hijau punya nilai transaksi luar biasa. Mari kita hijaukan bumi Kupang dengan tanaman kacang hijau,” ujarnya menutup sesi.
Simak presentasi Anthony Susilo di FFKTI IX