Diskusi anggota Jaringan Peneliti Indonesia Timur dengan Direktur Pembangunan Indonesia Timur BAPPENAS

Pada tanggal 19 Juni 2025 bertempat di Hotel Aston Makassar, dilaksanakan diskusi antara Direktorat Pembangunan Indonesia Timur, BaKTI dan Jaringan Peneliti Indonesia Timur yang difasilitasi oleh program SKALA. 

Tujuan kegiatan ini adalah untuk berdiskusi dengan tim BaKTI dan Peneliti terkait rencana pengembangan Innovation dan Knowledge Hub BAPPENAS untuk Indonesia Timur. Berikut detail tujuan kegiatan ini:

  • Mendapatkan masukan terkait rencana pembentukan Innovation Hub untuk pengembangan riset dan kolaborasi di Indonesia Timur

  • Mendapatkan informasi mengenai best practice yang telah dilakukan oleh BaKTI bersama Mitra Pembangunan, perguruan tinggi, lembaga riset, Lembaga non-pemerintah di Sulawesi Selatan

Hadir dalam diskusi ini adalah Direktur Pembangunan Indonesia Timur BAPPENAS ibu Ika Retna Wuladary beserta tim, Tim BaKTI, Tim SKALA dan anggota Jaringan Peneliti Indonesia Timur dari Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Maluku dan juga Provinsi Papua Barat.

Peneliti yang hadir dari berbagai universitas di Makassar seperti UNHAS, UNM, UMI dan NGO yakni Blue Forrest Indonesia. Untuk peneliti dari Maluku yakni dari Universitas Pattimura, sedangkan dari Papua Barat yakni dari Universitas Negeri Papua. 

Beberapa poin yang disampaikan peneliti terkait pengalaman penelitian berdampak di KTI sebagai masukan dalam pembentukan knowledge dan innovation hub adalah sebagai berikut:

  • Jaringan peneliti sudah melakukan kajian terhadap dokumen perencanaan di 9 provinsi di wilayah KTI. Dalam kajian tersebut teridentifikasi isu prioritas dan isu yang perlu ditindaklanjuti dengan penelitian.

  • Dari kajian terhadap dokumen perencanaan salah satu temuannya adalah di beberapa daerah di KTI belum memiliki arah transformasi pembangunan ekonomi yang jelas, transformasi tidak disiapkan by design yang memuat step by step. Tidak ada kajian  yang menuntun transformasi ekonomi yang tepat untuk masing masing daerah di KTI.

  • Pembangunan di wilayah Papua sesuai RIPP (Rencana Induk Percepatan Pembangunan) dimulai dengan pemetaan wilayah adat dimana desain dan implementasi Pembangunan seharusnya juga berdasarkan pemetaan tersebut. Selama ini pendekatan Pembangunan yang digunakan adalah pendekatan dari luar dan meminta mereka untuk menyesuaikan. 

  • Di Jayapura terdapat praktik baik dimana Suku Namblong membentuk PT dimana pemegang sahamnya adalah 44 suku yang ada di Papua. Mereka mengelola spot wisata danau dan usaha pertanian berupa pertanian vanili. Mereka tentunya membutuhkan pengembangan kapasitas. Untuk menentukan kapasitas apa yang harus ditingkatkan perlu melalui proses kajian.

  • Pendidikan berbasis komunitas menjadi penting untuk konteks Papua. Bukan terkendala fasilitas berupa bangunan namun rendahnya angka partisipasi anak ke sekolah. Sehingga perlu dipikirkan desain sekolah yang berbasis komunitas.

  • Terkait kapasitas fiscal, sumber pendapatan yang bisa dikembangkan adalah di retribusi karena tidak ada batasan sementara pendapatan dari pajak, jenis dan tarifnya sudah ditentukan undang-undang. Di Sulawesi Selatan termasuk wilayah yang memiliki banyak asset potensial untuk dikembangkan.