Diskusi Inspirasi BaKTI Virtual "Berbisnis dengan Hati dan Berdampak Sosial”
Kewirausahaan sosial sebagai sebuah tren kewirausahaan baru di Indonesia telah banyak diminati anak muda. Bahkan selama 5 tahun terakhir meningkat secara signifikan, terutama di sektor agrikultur, industri kreatif, pendidikan dan lain sebagainya sehingga telah memberikan dampak positif bagi pemberdayaan kelompok dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Ada beberapa alasan kenapa anak muda terjun ke dunia kewirausahaan sosial. Bukan hanya untuk mengejar keuntungan finansial tetapi lebih dari itu bagaimana menjadi agen perubahan bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Seperti yang dilakukan oleh dua anak muda inspiratif dari timur Indonesia, Meybi Agnesya Lomanledo dari Timor Moringa dan Sarah Mirati dari Mooi Papua.
Meybi adalah CEO dan Founder Timor Moringa, sebuah kewirausahaan sosial berbasis industri pengolahan pangan lokal yaitu daun kelor organik dari NTT. Berawal dari kebiasaan keluarganya mengkonsumsi sayur daun kelor setiap hari di rumah. Kelor menjadi sayur primadona keluarga yang tumbuh subur dan liar di sepanjang daratan Pulau Timor. Meybi akhirnya mencari tahu segala sesuatu tentang kelor dengan membaca berbagai artikel dan referensi dari internet dan menemukan sejumlah fakta, data dan hasil penelitian yang menyebutkan daun kelor mengandung vitamin A, C, B, kalsium, kalium, besi, dan protein dalam jumlah yang sangat tinggi yang mudah dicerna oleh tubuh manusia. Sejumlah fakta ini, mendorongnya untuk menjadikan kelor sebagai komoditas unggulan NTT selain karena jumlahnya melimpah, namun belum cukup membuat sejahtera petani kelor lokal. Tahun 2018 Meybi iseng membuat coklat kelor, dan dijual terbatas untuk keluarga dan teman-teman. Tak disangka rasanya yang khas dan menyerupai matcha diminati dan permintaan terus berdatangan. Sembari melakukan riset pasar, akhirnya ia memutuskan untuk fokus membuat usaha olahan kelor dengan merek Timor Moringa. Timor Moringa hadir untuk memberikan akses ’pasar’ kepada petani kelor lokal dengan harga lebih wajar dimana selama ini menjual hasil produknya kepada pengepul dengan harga rendah.
Timor Moringa juga memberikan nilai tambah. Selain coklat, kelor diolah menjadi serbuk, kapsul kelor, dan teh kelor. Prinsip saling menguntungkan menjadi prioritas utama Timor Moringa. Petani membutuhkan Timor Moringa membeli kelor mereka dan begitupun sebaliknya Timor Moringa membutuhkan petani untuk memastikan supply bahan baku kelor tetap tersedia. Kini berbagai olahan kelor tersedia di berbagai marketplace melayani pemesanan dalam dan luar negeri.
Menariknya, Timor Moringa memberikan penguatan kapasitas kepada para petani lokal dengan memberikan edukasi dan literasi keuangan sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan menyisihkan pendapatan, 30% untuk kas pribadi, sisanya 70% untuk operasional pekerjaan.
Tantangan tentu ada, namun upaya terus dilakukan oleh Timor Moringa untuk tetap exist. salah satunya saat ini mereka dalam proses pembangunan sekolah lapang kelor, tujuannya agar lebih banyak lagi masyarakat NTT yang teredukasi tentang manfaat, potensi dan peluang bisnis kelor. Termasuk budidaya daun kelor yang potensial untuk menjadi bahan edukasi, agrowisata, dilengkapi fasilitas outbond sehingga secara langsung dapat berdampak nyata bagi kesejahteraan petani lokal kelor.
Cerita lain datang dari Sarah Mirati, CEO Mooi Papua. Terinspirasi dari kekayaan sumber daya alam di pulau paling timur Indonesia, Sarah mendirikan Mooi Papua, sebuah kewirausahaan sosial sejak tahun 2018 di Sorong Papua dengan fokus menghasilkan produk kosmetika berkualitas tinggi yang alami, halal dan biodegradable.
Berawal dari keresahannya menggunakan produk kecantikan mengandung bahan kimia berbahaya dan melihat potensi sumberdaya alam Papua yang melimpah, Sarah mengembangkan produk kecantikan natural yang berasal dari bahan lokal. Ia lalu berkolaborasi dengan kelompok petani lokal misalnya Pala di Fakfak, Vanila di Jayapura, Cokelat di Sentani, atau Buah Merah di Sorong. Selama ini petani disana cukup kesulitan untuk memasarkan hasil produksi mereka dengan harga yang kompetitif dan hanya berupa bahan mentah saja. Mooi Papua memberikan edukasi kepada petani bagaimana cara meningkatkan nilai jual bahan baku berkualitas tinggi. Selain itu, Mooi Papua juga ikut memberdayakan mama-mama Papua untuk mengolah bahan baku ini menjadi produk perawatan rambut, kulit dan tubuh yang aman digunakan untuk manusia dan lingkungan dan berdampak ekonomis bagi rumah tangganya. Mooi Papua terus berinovasi untuk pengembangan produknya. Selain sudah memiliki sertifikasi legal, dimasa pandemi ini Mooi Papua berkolaborasi dengan banyak organisasi antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Universitas Muhammadiyah Sorong dalam menyediakan hand sanitizer, Program Ekonomi Hijau untuk pelatihan pembuatan sabun pala, dan program Papua Muda Inspiratif, dimana Mooi Papua menjadi salah satu bisnis anak muda yang dipresentasikan pada high level meeting green investment 2020 lalu.
Yayasan BaKTI sebagai lembaga yang berfokus pada pertukaran pengetahuan tentang program pembangunan di kawasan timur Indonesia akan menggelar kegiatan pertukaran pengetahuan melalui diskusi INSPIRASI BaKTI virtual dengan tema “Berbisnis dengan Hati dan Berdampak Sosial”.
Tujuan
Tujuan pertemuan virtual INSPIRASI BaKTI ini adalah berbagi pengalaman dan inspirasi mengenai anak muda dalam mengembangkan kewirausahaan sosial sehingga memberi dampak positif bagi kelompok masyarakat dan lingkungannya.
Waktu
Inspirasi BaKTI virtual akan dilaksanakan pada Rabu, 15 September 2021 pukul 14:00 – 16:00 WITA.
Teknis Pelaksanaan
Kegiatan ini akan diselenggarakan secara live melalui aplikasi Zoom. Bergabung melalui:
Diskusi https://bit.ly/InspirasiBaKTI2021_3
Passcode: BaKTI
Narasumber dan Moderator
Narasumber dalam kegiatan ini adalah
- Meybi Agnesya Lomanledo, CEO Timor Moringa NTT
- Sarah Mirati, CEO Mooi Papua
Moderator: Andi Appi Patongai (Appi)
Diskusi ini terbuka untuk umum.