Diskusi Inspirasi BaKTI Virtual: Mematahkan Bias Hadirkan Perubahan
Setiap tanggal 8 Maret, kita merayakan Hari Perempuan Internasional dan tahun ini mengangkat tema #BreakTheBias. Laporan terbaru PBB menemukan sedikitnya 90% orang – laki-laki dan perempuan – memiliki semacam bias terhadap perempuan. #BreakTheBias dipilih sebagai tema kampanye Hari Perempuan Internasional 2022 karena adanya bias yang mengakar di masyarakat di mana membuat perempuan sulit untuk maju. Tema kampanye tersebut berusaha mengajak dunia untuk mematahkan semua bias yang ada di lingkungan sekitar, seperti di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi maupun komunitas. Sehingga upaya kesetaraan terhadap perempuan dapat tercapai dan dunia menjadi lebih beragam, adil, inklusif, dan bebas dari bias, stereotip, maupun diskriminasi.
Bias gender, diskriminasi terhadap perempuan, dan stereotip masyarakat menjadi hal yang menghalangi perempuan untuk melangkah maju. Hal itu juga dialami oleh empat perempuan muda menginspirasi, yang mematahkan bias dan menghadirkan perubahan bagi masyarakat sekitar.
Nurul Amaliah, Petugas Pendamping Korban UPT PPA (Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak) Provinsi Sulawesi Selatan. Sehari-hari berhadapan dengan berbagai jenis korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di UPT PPA Sulawesi Selatan. Nurul memiliki peran penting dalam kegiatan pendampingan maupun pemulihan korban. Menerima keluhan atau masalah yang dialami korban, pendampingan korban dalam penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pengadilan dan pelayanan psikologis. Dari peran penting yang dijalankan tersebut, menjadi pendamping korban kekerasan perempuan dan anak bukan hal yang mudah, karena disamping harus memiliki integritas dan tak jarang pula mengalami banyak tekanan dari berbagai pihak.
Nabila May Sweetha, Manager Produksi Pengetahuan Yayasan PerDIK (Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan) Sulawesi Selatan. Di tahun 2014, Nabila mengalami kebutaan yang disebabkan oleh virus bernama tourch plasma. Namun kebutaan tak menghentikan semangatnya, Nabila mengukir sejumlah prestasi, khususnya di bidang kepenulisan. Nabila menulis sejumlah novel dan pada pertengahan tahun 2018 dia terlibat dalam kegiatan Social Justice Youth Camp (SJYC) yang diadakan oleh Indonesia Social Justice Network (ISJN) bekerja sama dengan Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) dan akhirnya bergabung sebagai Manager Produksi Pengetahuan. Sampai saat ini, Nabila masih bergerak dalam ranah aktivisme serta aktif menulis tentang kerentanan perempuan khususnya penyandang disabilitas yang menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual.
Olyvia Jasso, Founder The Mulung Ambon. Perempuan asal Ambon, Maluku, yang lahir dan besar di alam Maluku mendirikan The Mulung. The Mulung adalah suatu gerakan kebersihan lingkungan yang berangkat dari kekhawatiran akan semakin maraknya kerusakan lingkungan karena sampah plastik. Sebagai sosok yang sedari kecil dekat dengan alam, hidup di pinggir pantai dan makan dari hasil laut, ia merasa sudah menjadi kewajibannya untuk terus menjaga dan merawat alam. Di The Mulung, Olyv bersama teman-teman turun langsung untuk memungut sampah di Kota Ambon. Aktivis lingkungan ini pun harus menghadapi stereotip masyarakat tempat ia bertumbuh, yang melihat anak muda mesti fokus untuk kerja dan kuliah, bukan memungut sampah. Stigma tersebut tidak menghalangi Olyv untuk tetap bergerak. Ia memilih menyelesaikan keresahannya atas menggunungnya sampah dan tercemarnya alam. Ia pun berharap supaya The Mulung bisa membawa perubahan terhadap pribadi orang-orang sehingga bijak dalam menggunakan plastik dan juga selalu membuang sampah pada tempatnya. Hal-hal sederhana tapi bisa sangat membantu. Saat ini Olyv juga aktif sebagai content creator di Kota Ambon yang aktif mengkampanyekan pentingnya menjaga dan merawat lingkungan. Olyv memiliki ambisi besar untuk mengubah semua anak muda di Maluku agar lebih peduli dengan lingkungan dan ia yakin akan berhasil.
Githa Anasthasia, CEO Arborek Dive Center Sustainable Tourism Consultant. Salah satu diver perempuan yang berasal dari tanah Jawa yang kini mantap menetap di Arborek, Raja Ampat, Papua Barat. Berawal dari kecintaan Githa terhadap dunia diving yang tidak hanya berhasil membawanya menyusuri keindahan bawah laut Arborek saja, melainkan juga berhasil mengantarkan Githa mendirikan Arborek Dive Shop. Arborek Dive Shop selain menyediakan program diving, juga membantu memasarkan produk kerajinan tangan karya warga Arborek. Produk kerajinan tangan tersebut antara lain berupa topi dan juga tas yang otentik dari Raja Ampat. Arborek Dive Shop bukan sekedar lembaga diving biasa, Githa selaku founder mengusung konsep bisnis sociopreneur, di mana Githa memilih memasukkan prinsip-prinsip Community Based Tourism sebagai acuan dalam mengaplikasikan program diving yang ditawarkan kepada wisatawan. Tidak sampai di situ, bentuk lain dari penerapan Community Based Tourism yang digagas Arborek Dive Shop adalah ketika Githa bersama timnya mengadakan berbagai pelatihan dan sosialisasi yang ditujukan kepada perempuan dan anak-anak di Arborek. Sosialisasi maupun pelatihan tersebut merupakan upaya untuk memberdayakan perempuan dan anak-anak agar semakin terlatih saat terlibat langsung di dunia pariwisata. Adapun, program yang belakangan ini sedang dirintis oleh Githa melalui keterlibatannya di Arborek Dive Shop adalah menghidupkan kembali komunitas penyelam khusus perempuan yang digagas bersama kawannya.
Dari cerita keempat perempuan muda inspiratif di atas, diharapkan mampu menyadarkan dan mendorong semua orang untuk melawan bias gender yang dialami perempuan di berbagai ranah maupun lingkungan sekitar. Bersama-sama, kita semua dapat mematahkan bias pada Hari Perempuan Internasional dan hari-hari selanjutnya.
Yayasan BaKTI sebagai lembaga yang berfokus pada pertukaran pengetahuan tentang program pembangunan di kawasan timur Indonesia akan menggelar kegiatan pertukaran pengetahuan melalui diskusi INSPIRASI BaKTI virtual dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2022 dengan mengangkat tema “Melawan Bias Hadirkan Perubahan”.
Tujuan
Tujuan pertemuan INSPIRASI BaKTI virtual ini adalah berbagi pengalaman, wawasan dan inspirasi yang mampu meningkatkan kesadaran dan mendorong semua orang untuk melawan bias gender yang dialami perempuan di berbagai ranah maupun lingkungan sekitar sehingga upaya kesetaraan terhadap perempuan dapat tercapai dan dunia menjadi lebih beragam, adil, inklusif, dan bebas dari bias, stereotip, maupun diskriminasi
Waktu
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Kamis, 24 Maret 2022 pukul 14:00 – 16:00 WITA / 15:00 – 17:00 WIT / 13:00 – 15:00 WIB secara daring via zoom.
Teknis Pelaksanaan
Kegiatan ini akan diselenggarakan secara live melalui aplikasi Zoom.
Narasumber dan Moderator
Narasumber dalam kegiatan ini adalah
1. Nurul Amaliah, Petugas Pendamping Korban UPT PPA Provinsi Sulawesi Selatan
2. Nabila May Sweetha, Manager Produksi Pengetahuan Yayasan PerDIK Sulawesi Selatan
3. Olyvia Jasso, Founder The Mulung Ambon
4. Githa Anasthasia, CEO Arborek Dive Center Sustainable Tourism Consultant
Moderator: Lusia Palulungan
Peserta
Peserta yang diharapkan hadir dan berpartisipasi dalam acara ini adalah Sahabat BaKTI, Pemerintah, Anggota Legislatif, NGO/CSO, Media, sektor swasta, dan masyarakat umum. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.