Jurnalis Kompak Petakan Isu Menarik Terkait Pemberitaan Sanitasi Aman
Jelang berbuka puasa diskusi tentang sanitasi aman masih terus menarik bagi segenap jurnalis dari berbagai media televisi, radio, koran, media online, pers mahasiswa, dan NGO mitra pembangunan di sektor air bersih, sanitasi, kesehatan dan permukiman. Mereka seakan tersentak karena mengetahui betapa gentingnya masalah sanitasi dan bahaya yang ditimbulkan jika tidak dikelola secara benar. Diskusi semakin interaktif setiap kali membahas pendapat dan jawaban di antara mereka yang muncul di layar LCD. Mereka menjawab sejumlah pertanyaan tentang sanitasi aman yang disiapkan dalam aplikasi Mentimeter. Lewat aplikasi tersebut, mereka bisa menuliskan jawaban dan pendapat yang lebih banyak.
Kegiatan ini dikemas dalam diskusi bertajuk Focus Group Discussion (FGD) Jurnalistik Sanitasi: Kolaborasi Jurnalis, NGOs, dan Pers Mahasiswa Mendukung Akselerasi Pembangunan Sanitasi Aman di Sulawesi Selatan. FGD berlangsung pada 15 Maret 2024, di Vasaka Hotel Makassar. Tujuannya, memetakan preferensi jurnalis terhadap penyebarluasan berita tentang sanitasi, air bersih dan kesehatan lingkungan.
Sejumlah 25 orang peserta terlibat aktif dalam diskusi. Mereka berasal dari berbagai media yakni LKBN Antara, iNews TV, Kompas TV, Fajar TV, Harian Fajar, Tribun Timur, Tempo, Terkini.id, Rakyatsulsel.id, Bollo.id, RRI Makassar, Smart FM, Maros FM, RAS FM, RISE Project, LemiNA, LPM FKM Unhas, LPM Uinam, dan LPM Poltekkes Negeri Makassar. Hadir selama kegiatan diskusi Henky Widjaja, CFO UNICEF wilayah Sulawesi dan Maluku, mengantarkan dan memberikan tanggapan dalam diskusi tentang WASH (Water, Sanitation and Hygiene). Hadir pula narasumber pemantik diskusi dari USAID IUWASH Tangguh Lidiastuty Anwar (SBC GESI Specialist), dan Diana Pramesti (Communication and Outreach Specialist), serta Wildan Setiabudi (WASH Program Officer), bersama Hajrah (Konsultan WASH dari UNICEF).
Mendahului diskusi, Lidiastuty memberikan penyegaran perspektif tentang sanitasi air limbah domestik aman, sarana, layanan, dan strategi kolaborasi lintas sektor untuk percepatan penyelenggaraanya. Sementara Diana menekankan tentang strategi kampanye dan advokasi sanitasi Aman. Sesi tanya jawab berlanjut bersama narasumber, disusul diskusi terfokus sanitasi tentang preferensi dan gaya media dalam peliputan isu sanitasi aman dan kesehatan lingkungan yang diantarkan oleh Wildan melalui platform Mentimeter.
Sejumlah hal menarik yang dihasilkan dari diskusi. Seperti respon dari pertanyaan “Seberapa sering selama setahun terakhir meliput/menuliskan/memberitakan tentang sanitasi?”. Sebagian besar jawaban mereka hanya menyiarkan dan menuliskan sedikit sekali berita tentang sanitasi. Berita yang mendominasi liputannya yakni tentang masalah stunting dan air minum. Isu ini pun juga lebih banyak dipahami semata-mata akibat dari kurangnya asupan gizi sejak lahir. Dominasi berita tersebut sejalan dengan jawaban mereka dari pertanyaan, “Isu apa saja yang bisa dikaitkan dengan sanitasi aman?”. Mereka menjawab lebih banyak terkait dengan kesehatan lingkungan.
Materi Lidiastuty dan Henky Widjaja tentang sanitasi aman dan dampak sanitasi yang berkaitan langsung dengan sejumlah sektor seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sumber daya manusia yang tampak menjadi referensi yang kuat bagi peserta untuk menjawab semua pertanyaan yang disediakan dalam platform interaktif itu. Hal ini memberikan kesan bahwa mereka mendapatkan perspektif baru mengenai betapa pentingnya sanitasi aman yang memiliki hubungan timbal balik dengan semua sektor di atas.
Lewat FGD ini, peserta berhasil memetakan bahwa pemberitaan tentang sanitasi bisa dituliskan dan diekspos melalui pintu pendidikan, ekonomi, personal hygiene, kesehatan lingkungan, pencemaran lingkungan, perubahan iklim, perlindungan anak, air bersih, sampah, politik dan etika lingkungan, IPAL Losari, mitigasi bencana, BABS, kebijakan pemerintah untuk lingkungan, penyedotan lumpur tinja, global warming, politik anggaran pro kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan, lingkungan, ketahanan pangan, dan pemenuhan gizi anak. Semua sektor tersebut mereka tuliskan dalam file metaplan dalam Mentimeter.
Demikian pula peserta telah berhasil memetakan masalah-masalah penting dan menarik terkait sanitasi yang mendesak disampaikan kepada masyarakat, pemerintah, NGO, sektor swasta, dan akademisi yakni pengolahan limbah, pengelolaan air minum, penyelesaian masalah permukiman kumuh, perpipaan air bersih, jamban sehat dan penggunaan tangki septik aman, akses dan layanan sanitasi aman, IPAL, perumahan harus menggunakan tangki septik aman, dan khusus kepada pemerintah komitmen politik untuk penyediaan anggaran kesehatan lingkungan.
Hal yang tak kalah menarik adalah jawaban-jawaban peserta dari pertanyaan, “Strategi apa yang dapat digunakan oleh media untuk menarik perhatian masyarakat terhadap isu sanitasi?”. Dari 28 respon yang ditampilkan, ternyata jawaban yang lebih dominan antara lain memanfaatkan semua mode dan platform yang dimiliki media mulai dari cetak, online, hingga media sosial untuk memberitakan tentang sanitasi yang disertai dengan data-data tentang dampak dari sanitasi buruk. Jawaban lainnya yakni kampanye sanitasi dengan konten menarik yang dapat dibawakan oleh influencer dengan melibatkan beragam kru media. Kegiatan ini pun ditutup dengan kuis sanitasi untuk para peserta berhadiah T-Shirt dengan slogan kampanye “Jangan Minum E.coli!”