Sesi Perdana Inclusive Research School Program Digelar di Kupang

Jaringan Peneliti Indonesia Timur Provinsi NTT pada Sabtu 5 Juli 2025 menyelenggarakan sesi perdana program Inclusive Research School di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Program ini dirancang berlangsung selama empat minggu dengan total empat sesi pembelajaran. Sebanyak 18 peserta terlibat dalam sesi hari pertama, dengan 13 orang hadir secara langsung di Kantor Sabu Morning Star dan 5 lainnya mengikuti secara daring melalui Zoom. Para peserta berasal dari beragam latar belakang seperti organisasi masyarakat sipil (CSO), lembaga pemerintah, akademisi, guru, organisasi penyandang disabilitas, serta lembaga kemasyarakatan lainnya.


Program pelatihan yang dirancang berlangsung selama empat minggu ini memiliki tujuan utama untuk membekali peserta dengan pelatihan menyeluruh dan pengalaman praktis dalam melakukan riset yang inklusif, beragam, dan berdampak. Melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis, tetapi juga keterampilan aplikatif dalam merancang dan menjalankan proyek riset yang mengedepankan prinsip-prinsip inklusivitas. Selain itu, program ini juga bertujuan menciptakan ruang kolaborasi dan jejaring antar rekan peneliti di Kupang, sekaligus mendorong terciptanya budaya riset yang menghargai keberagaman dan kesetaraan di tingkat lokal.

Program ini terbuka untuk maksimal 20 peneliti yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk individu non-disabilitas, penyandang disabilitas, serta peneliti perempuan yang berdomisili di Kupang. Para peserta diharapkan memiliki minat yang kuat terhadap kegiatan riset serta komitmen yang tinggi dalam mewujudkan praktik riset yang lebih inklusif. Seleksi peserta mempertimbangkan keberagaman, kapasitas awal, serta semangat kolaboratif untuk mendorong praktik riset yang lebih adil dan partisipatif.


Pada sesi bertajuk “Penelitian: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?”, peserta mempelajari pendekatan-pendekatan penelitian yang inklusif, termasuk metode Participatory Action Research. Kegiatan berlangsung interaktif dengan diskusi yang mendalam dan reflektif, membahas berbagai isu kritis yang relevan dengan konteks lokal. Dr. Welmince Djulete, Focal Points Jaringan Peneliti Indonesia Timur Provinsi NTT yang juga adalah postdoctoral research fellow dari Monash University sekaligus Grantee Hibah Penelitian Koneksi dari project Building a Model of Future-proofing for Climate Resilience by Engaging Community in Eastern Indonesia (MoFCREC) dan peserta Eastern Indonesia Bootcamp 2025, hadir sebagai fasilitator dan pemateri utama. 

Program ini juga menjadi wadah penting untuk memperkuat jejaring peneliti serta meningkatkan kapasitas peneliti sehingga mampu menghasilkan penelitian yang berdampak baik bagi kebijakan maupun inovasi untuk pembangunan di Indonesia Timur.