Side Event di FFKTI IX: Dari Ideasi ke Koaksi: Dukung Komunitas Berdaya Mandiri Berinovasi
Local Champion Incubators
Pembicara:
- Armi Reinatti - Local Champion Desa Oenoni Dua di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang
- Desmen Suan - Local Champion Desa Oelatimo di Kecamatan Kupang
- Dewi Rahayu Sukmawati Gah - Local Champion Desa Letbaun, Kecamatan Semau
- Rocky Makassar - Local Champion Desa Bokong, Kecamatan Taebenu
Key Motivator:
Samsul Widodo - Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Desa dan PDTT
Moderator:
Dany Wetangterah
Local Champion Incubator adalah sebuah kegiatan yang ditujukan bagi para inovator sosial dalam sektor-sektor unggulan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menjadi penggerak perubahan sosial di desa. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Yayasan BaKTI melalui Program INKLUSI-BaKTI, dan Ume Daya Nusantara.
Kegiatan Local Champion Incubator telah dilaksanakan sebelum perhelatan Festival Forum Kawasan Timur Indonesia, yaitu pada Mei - Juni 2023. Empat penggerak perubahan sosial dari empat desa di Kabupaten Kupang yang terpilih mengikuti kegiatan ini antara lain Armi Reinatti dari Desa Oenoni Dua Kecamatan Amarasi, Desmen Suan dari Desa Oelatimo Kecamatan Kupang, Dewi Rahayu Sukmawati dari Desa Letbaun Kecamatan Semau, dan Rocky Makassar dari Desa Bokong Kecamatan Taebenu.
Local Champion Incubator mencakup kegiatan lokakarya, brainstorming ide pengembangan inisiatif, dan pitching rencana pengembangan inisiatif. Ada tiga tahapan besar kegiatan ini, yaitu Ideasi, Kreasi, dan Koaksi.
Pada tahap ideasi para local champion berkesempatan menemukenali kekuatan dan potensi yang dimiliki, serta bagian yang perlu ditingkatkan untuk memperluas dampak dan jangkauan dari inisiatif yang dikerjakan. Pada tahap kreasi, keempat local champion menggunakan pemahaman yang lebih baik mengenai potensi dan kekuatan yang dimiliki untuk menyusun rencana pengembangan inisiatif. Terakhir tahap koaksi, para local champion menawarkan ide dan gagasan mereka dan mengajak berbagai pihak untuk turut mendukung inisiatif yang dikembangkan agar dapat memberi dampak yang lebih luas bagi komunitas di tempat para local champion beraktivitas dan komunitas lainnya. Pada side event Festival FKTI IX inilah tahap koaksi diselenggarakan. Beberapa ide perubahan sosial yang dipaparkan pada kesempatan tersebut antara lain:
Mendukung Difabel di Desa Oenoni Dua untuk Meningkatkan Pendapatan yang Layak agar Hak-Hak Dasar Terpenuhi
Armi Reinatti, dari Desa Oenoni Dua di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang menawarkan upaya pelibatan difabel dalam berbagai aktivitas pembangunan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di desanya.
Ia memulai upaya tersebut dengan mendukung Eunika, seorang difabel yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari di warung miliknya. Eunike adalah satu dari 15 difabel di Desa Oenoni Dua yang rindu meningkatkan mata pencahariannya.
Armi menyampaikan beberapa kegiatan yang akan dikerjakan bersama kelompoknya yaitu membentuk usaha dana, menyelenggarakan kegiatan pelatihan dalam bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan melalui kerja sama dengan Pemerintah Desa, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Kementerian Dalam Negeri.
Kembalikan Tambak Desa Oelatimo
Badai Seroja telah merenggut satu-satunya tambak seluas 40 hektar, sumber mata pencaharian utama warga Desa Oelatimo. Ada 50 kolam ikan milik warga desa di tambak tersebut. Sejak tambak dirusak Seroja pada April 2021, warga Desa merasa sangat kehilangan dan menderita kerugian yang besar.
Desmen Suan bersama warga Desa Oelatimo berusa mengembalikan tambak tersebut. Dengan kekuatan yang ada dan alat-alat sederhana, mereka mulai merapikan tambak perlahan-lahan. Tapi dengan skop saja, sampai kapan tambak seluas itu bisa selesai?
Desmen menggalang bantuan untuk membantu warga Desa Oelatimo memperbaiki tambak yang rusak. Mereka membutuhkan traktor dan alat berat untuk mempermudah pekerjaan sehingga bisa lebih cepat mengembalikan tambak dan memulihkan kembali mata pencaharian masyarakat desa.
Pembangunan Berkelanjutan dengan Mengubah Mindset
Dewi Rahayu Sukmawati resah karena stigma tertinggal dan keramat yang melekat terhadap Desa Letbaun. Stigma ini menyebabkan Desa Letbaun di Pulau Semau sulit untuk berkembang. Roda pembangunan berjalan lambat, para penggerak roda enggan untuk menyapa warga Letbaun karena takut, apalagi berkunjung dan membangun desa bersama.
Dalam video yang ditayangkan pada Side Event Festival FKTI IX, Dewi menunjukkan berbagai upaya yang dibangun bersama warga Desa Letbaun untuk menemukenali potensi desa dan membangkitkan gairan membangun perekonomian di sana. Dewi juga mengajak seluruh audiens yang hadir untuk mengubah mindset terhadap Desa Letbaun agar dapat bersama-sama membangun desa tersebut.
Menularkan Sistem Informasi dari Desa Bokong
Di Kecamatan Taebenu, Desa Bokong telah dikenal sebagai desa yang memiliki sistem informasi yang keren. Sistem informasi desa yang diterapkan sejak 2020 tersebut membuat Pemerintah Desa Bokong berhasil memberikan pelayanan publik yang lebih efisien disamping menyediakan informasi yang transparan, akuntabel dan tertib administrasi.
Secara khusus, Sistem Informasi Desa Bokong mendukung fungsi dan tugas pemerintah desa dalam pengelolaan administrasi pemerintahan desa seperti administrasi umum, administrasi kependudukan, administrasi keuangan, administrasi pembangunan, layanan publik, dan penyediaan informasi publik.
Sayangnya, masih banyak desa di sekitar Desa Bokong yang belum memiliki Sistem Informasi Desa. Rocky Makassar yang telah merasakan manfaat dari adanya Sistem Informasi Desa berkeinginan agar desa-desa lain di sekitar desanya juga memiliki Sistem Informasi Desa.
Rocky menggagas upaya membangun desa yang cerdas memanfaatkan teknologi digital dalam pembangunan. Pelatihan pengembangan Sistem Informasi Desa bagi desa-desa sekitar Desa Bokong akan dilakukan dengan cara tatap muka dan secara daring.
Menurut Rocky, pelatihan pengembangan Sistem Informasi Desa bagi desa-desa di sekitar Desa Bokong dapat terlaksana dengan baik bila ada dukungan pemerintah daerah hingga pusat menyangkut anggaran dan regulasi serta adanya program Kepala Daerah, seperti Program Provinsi Cerdas dan Kabupaten/Kota Cerdas yang menyediakan layanan terintegrasi dengan Sistem Informasi Desa.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Samsul Widodo, dengan penuh semangat dan kesabaran memberi penjelasan, motivasi, tips dan ide-ide yang dapat dikerjakan secara kolaboratif untuk mendukung gagasan perubahan sosial yang dipaparkan keempat local champion. “Kita perlu terus sampaikan concern dan masukan kita kepada pemerintah karena pemerintah juga perlu diedukasi,” ujarnya saat memberikan tanggapan atas paparan para local champion.
Beliau meyakinkan para local champion dan audiens bahwa ada potensi yang sangat besar di desa yang jika digerakkan bersama-sama dapat menjalankan pembangunan. “Kita perlu menggalang kerjasama antar desa, misalnya desa yang menghasilkan banyak sayur bisa bekerja sama dengan desa yang menghasilkan banyak ikan untuk bisa melakukan pemasaran bersama,” jelasnya.
Mengakhiri sesi, Samsul Widodo mengingatkan perlunya memikirkan Kembali bagaimana memanfaatkan dana desa yang ada dengan cara-cara yang lebih berkualitas, baik dalam menjawab permasalahan di desa, seperti masalah minimnya air bersih, dan dalam melahirkan inovasi-inovasi baru dari desa.
Highlights side event ini dapat disimak melalui tautan