• admin
  • 22 August 2019

Pelangi di Bahonlangi, Untukmu Negeriku

Dalam rangka menyambut kemerdekaan, pada hari Jumat, 16 Agustus 2019, BaKTI dan Komunitas 1000 Guru Sulsel mengadakan Diskusi dan Pemutaran Film “Pelangi di Bahonlangi”. Film ini merupakan film dokumenter persembahan 1000 Guru Sulsel yang mengisahkan tentang perjuangan seorang Ibu yang ingin memerdekakan anak-anak di kampungnya dari kebodohan dan buta aksara.
Sudah 74 tahun Indonesia merdeka, tapi nyatanya masih banyak daerah yang belum merasakan kemerdekaan itu. Salah satunya Dusun Bahonlangi di Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ada seorang ibu yang seorang diri mengajar 40 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Dia adalah Ibu Halipa, Pelangi di Bahonlangi, yang datang memberi warna berbeda di dusun terpencil itu. Gambaran situasi pendidikan di tempat terpencil itulah yang coba diangkat oleh teman-teman Komunitas 1000 Guru Sulsel dalam film dokumenter tersebut.

 

Setelah selesai menonton film “Pelangi di Bahonlangi” yang berdurasi 18 menit tersebut, moderator diskusi, A. Appi Patongai dari Komunitas 1000 Guru Sulsel, membuka diskusi mengenai pendidikan yang tidak merata di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan. Sebelum masuk ke inti diskusi, A. Appi Patongai terlebih dahulu memberi penjelasan dan gambaran lebih detail mengenai Ibu Halipah dan Dusun Bahonlangi.
Ibu Halipah yang merupakan lulusan SD sebenarnya bukanlah penduduk asli Dusun Bahonlangi. Beliau menikah dengan orang di dusun tersebut lalu memutuskan tinggal. Melihat masih banyaknya penduduk di Dusun Bahonlangi yang belum bisa baca tulis aksara dan membaca Al-Qur’an, Ibu Halipa pun memutuskan untuk mengabdikan diri sebagai seorang pengajar. Dusun Bahonlangi sendiri merupakan dusun terpencil yang hampir tidak tersentuh dunia luar. Masyarakatnya masih belum menyadari pentingnya pendidikan dan kesehatan.
Dalam diskusi ini, salah satu peserta bernama Agus dari SMA Bajiminasa, mengemukakan pendapatnya tentang ketidakmerataan pendidikan di Indonesia saat ini. Salah satunya karena ketidaktegasan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan khususnya persebaran guru profesional hingga daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Sehingga menurut Agus, pemerintah harus tegas mendistribusikan tenaga guru profesional hingga ke pedalaman dan tentunya dibarengi dengan fasilitas yang layak bagi guru tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Taufan, peserta lain yang aktif dalam Komunitas Lentera Negeri menyatakan bahwa saat ini Indonesia krisis guru, khususnya guru yang ingin ditempatkan di pedalaman dan daerah 3T. Hal itu karena akses ke pedalaman sangat sulit dan fasilitas penunjang disana tidak tersedia. Kehadiran Komunitas Penggiat Pendidikan hadir diharapkan bisa menjadi solusi, tambahnya. Namun mau sampai kapan Gerakan Peduli Pendidikan ini hadir di pedalaman dengan menggunakan dana pribadi mereka. Gerakan serupa tidak akan bisa bertahan lama, harusnya ada perhatian lebih dari pemerintah, lanjut Taufan.
 
Selain itu, Taufan juga menyayangkan bahwa komunitas penggiat pendidikan saat ini masih kurang massive dan belum memiliki tujuan yang jelas. Sekembali mereka dari pedalaman, cerita yang mereka angkat adalah kondisi jalan, suasana disana, atau keseruan perjalanan mereka dengan teman-teman baru. Mereka lupa satu hal yang paling penting, yaitu realita pendidikan disana yang harus mendapat perhatian lebih dan keterlibatan semua pihak dalam mencari solusinya.
Menanggapi hal tersebut, Andi Bunga Tongeng yang aktif sebagai Relawan Anak di Makassar membenarkan pernyataan Taufan. Bahwa saat ini, Komunitas pendidikan seolah kehilangan esensi dan dipertanyakan eksistensinya sebagai Komunitas Peduli Pendidikan.

Setelah berdiskusi, ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh peserta terhadap realita pendidikan di pedalaman, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Relawan guru ditempatkan 6 bulan di pedalaman
2. Pengawalan implementasi kebijakan pemerintah
3. Advokasi ke pemerintah

 

Berlatar film Pelangi Bahonglangi, 1000 Guru Sulsel telah banyak melaksanakan kegiatan sosial di Bahonglangi hampir di seluruh aspek Kehidupan masyarakat disana. Beberapa success point 1000 Guru di Bahonglangi dalam aspek pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Gaji guru mulai membaik
2. Minat belajar warga dan anak-anak semakin meningkat
3. Fasilitas sekolah sudah membaik
4. Alokasi dana bos sudah terserap
5. Kartu Indonesia Pintar terealisasi
6. Beasiswa guru pedalaman
7. Ibu-ibu pelopor sadar kesehatan & pendidikan
8. Produk asli Bahonglangi dari, oleh, dan Bahonglangi
9. Modul pembelajaran anak dan orang dewasa
10. Kolaborasi dengan pemerintah setempat
Indonesia harus merdeka di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua rakyat Indonesia berhak atas kemerdekaan tersebut. Pemuda, khususnya, harus ikut serta dalam usaha mewujudkan cita-cita mulia negeri ini: mencerdaskan kehidupan bangsa.
Diskusi dan Pemutaran Film sore hari itu dihadiri oleh 16 orang peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari guru, penggiat komunitas, NGO, mahasiswa hingga perwakilan Konjen Australia yang turut bekerjasama dengan 1000 Guru Sulsel dalam salah satu program kerja mereka. Di penghujung acara, Komunitas 1000 Guru Sulsel dan BaKTI membagikan hadiah berupa souvenir dan buku gratis kepada 2 orang peserta yang beruntung. Diskusi pun berakhir dan ditutup dengan foto bersama.

Moderator Diskusi Film
A. Appi Patongai