Sistem Pertanian Terintegrasi

Nusa Tenggara Timur memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Setidaknya ada 1,5 juta hektar lahan pertanian di daerah tersebut. Namun lebih banyak warga bumi flobamora ini memilih untuk menjadi buruh di luar negeri. 

Kondisi lahan di Nusa Tenggara Timur memang cukup menantang. Lapisan tanah yang dangkal dan berbatu-batu karang membuat lahan sulit dikelola. Kondisi iklim yang kering dengan sumber air yang terbatas menambah berat tantangan pengelolaan lahan untuk pertanian di sana. 

Kondisi alam yang sulit sebenarnya bisa direkayasa dengan praktik pertanian yang cerdas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan pertanian di lahan yang kering dan berkarang seperti di Nusa Tenggara Timur bisa memberi hasil yang lebih baik. Namun tidak mudah untuk meyakinkan warga agar dapat mengubah pola pikir warga dalam melihat tantangan sebagai sebuah peluang menuju kesuksesan.

Praktik pertanian organik terpadu dan terintegrasi menjadi solusi yang ditawarkan oleh Gestianus Sino. Sedikit nekat, Gesti membeli lahan untuk dijadikan lahan pertanian. Lahan mulai ditata, batu karang yang menutupi sebagian besar lahan dibongkar dan dipindahkan. 

Gesti mulai menata lahan seluas 1.000 meter persegi untuk kegiatan budidaya sayur dan ternak. Bersama teman-temannya di GS Organik, Gesti percaya bahwa pertanian yang baik untuk lahan kering berkarang NTT adalah pertanian organik terintegrasi.

Tidak sedikit orang yang meragukan kebun sayur Gesti. Memang, tantangan yang terbesar  adalah menghadapi pesimisme orang-orang di sekitar yang menganggapnya gila karena membongkar karang. Namun Gesti selalu yakin bahwa metode pertanian yang diterapkannya ini dapat mengubah lahan berkarang tersebut menjadi lahan pertanian yang produktif. 

Perlahan-lahan upaya mengelola lahan pertanian ini mulai menunjukkan hasil.  Tanaman sayur tumbuh subur di atas lahan yang  telah lama tertidur. Setelah beberapa kali panen sayur organik, berangsur-angsur semakin banyak pihak yang mulai melirik apa yang dikerjakan GS Organic. 

Tidak sedikit pihak yang mengunjungi dan kemudian mendukung kebun GS Organik. Ada yang dari Bank Indonesia KPW Provinsi NTT, Kementerian Pertanian, Kominfo, dan Kemendesa. Masing-masing pihak terlibat dan memberi dukungan dengan cara berbeda.   Namun semua pihak telah sama-sama melihat sendiri bagaimana pola pertanian yang diterapkan GS Organik dapat menciptakan kemandirian pangan, mendatangkan manfaat ekonomi, dan tidak merusak lingkungan.  

Sejauh ini kegiatan pertanian organik terintegrasi yang dilakukan sudah membawa dampak, bagi Gesti dan keluarga, tetangga dan kerabat, dan kelompok-kelompok tani dampingan. Kegiatan ini telah menghadirkan makanan yang sehat bagi keluarga, meningkatkan ekonomi keluarga dengan menjual produk horti, ternak, serta pupuk.

Kelompok mitra dan dampingan GS Organik juga telah mempraktikkan pola pertanian organik terintegrasi. Selain itu GS Organik juga memberi bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi siswa dan mahasiswa yang menjalankan magang dan PKL di kebun GS Organik

Perubahaan yang paling dirasakan Gesti bersama GS Organik adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan lebih banyak orang dan lembaga untuk bisa mengajak orang lain mempraktikan pola pertanian organik terpadu. Tidak sedikit pelajar dan mahasiswa yang datang ke kebun GS Organik untuk mempelajari metode pertanian organik terpadu di sana.

Bagi Gesti dan GS Organik, apabila sebuah pekerjaan dilakukan secara total dan cerdas, pasti ada solusi untuk setiap permasalahan. Kreativitas dan keberanian untuk selalu berinovasi menjadi dua hal utama yang menjadi kunci sukses GS Organik dengan metode pertanian organik terintegrasi.