18 Pelatihan dan Masih akan Terus Bertambah

Matahari mulai terik di sebuah titik di Madi, salah satu kota paling ramai di kabupaten Paniai. Kota kecil ini dipagari bukit di satu sisi dan hamparan tanah lapang yang luas di sisi lainnya. Udara sejuk khas daerah pegunungan di atas 1.600 mdpl bersatu dengan hangatnya matahari pagi.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 WIT lebih. Kegiatan di komplek perkantoran pemerintah sekitar kantor Bupati Paniai mulai hidup. Orang berlalu lalang di jalan, beberapa warga berkumpul di depan beberapa kantor yang menggelar layanan untuk warga.

Di sebuah kantor tepat di samping kantor BKKBD tidak jauh dari kantor Bupati Paniai, beberapa orang juga berkumpul. Sebagian besarnya adalah perempuan. Mereka berpakaian rapi, kemeja batik dengan motif Papua. Bertukar sapa dalam bahasa daerah Mee dan Moni, dua suku terbesar di Paniai.

Perempuan-perempuan itu adalah peserta workshop evaluasi kegiatan sosialisasi untuk Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai. Mereka datang dari beberapa latar belakang, tapi didominasi oleh kader posyandu dan bidan puskesmas. Ada yang datang dari kampung di sekitar Madi dan Enarotali, tapi ada juga yang datang dari Distrik Obano, distrik di seberang danau Paniai yang harus ditempuh dengan speed boat melintasi danau yang dingin. Salah satunya adalah Alfrida Pigai, perempuan berambut pendek yang sehari-harinya bertugas sebagai kader posyandu di Distrik Obano.

Alfrida adalah satu dari 40 peserta workshop hari itu. Dia memang bukan anggota Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua Kabupaten Paniai, tapi oleh Sekber Paniai tenaganya sangat dibutuhkan. Alfrida, dan teman-temannya sesama kader posyandu menjadi garda terdepan yang membantu Sekber Paniai mengumpulkan data calon penerima manfaat BANGGA Papua dan sekaligus mensosialisasikan program tersebut di tingkat kampung.

Sebelumnya, Alfrida sudah pernah mengikuti pelatihan komunikasi yang difasilitas BaKTI, mitra dari Program BANGGA Papua. Pelatihan itu digelar di Madi bulan Mei 2019. Saat itu untuk pertama kalinya, Alfrida dan rekan-rekan kader posyandu dan tenaga kesehatan lainnya secara resmi diajak bergabung dengan BANGGA Papua. Menjadi bagian dari program yang punya tujuan meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak asli Papua. Tujuan yang sama dengan apa yang mereka kerjakan sehari-hari sebagai tenaga kesehatan.



Melatih Beragam Tokoh Kunci

Pelatihan di Paniai tersebut hanyalah salah satu dari beragam pelatihan komunikasi yang difasilitasi oleh BaKTI. Sejak Maret 2018 hingga September 2019, BaKTI sudah menggelar 18 pelatihan komunikasi. BaKTI memang diberikan mandat untuk meningkatkan kapasitas komunikasi anggota Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten serta mitra-mitranya. Kegiatannya bisa berbentuk workshop, training of trainer (ToT), mentoring bahkan konsultasi. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk provinsi dan kabupaten di 3 kabupaten uji coba BANGGA Papua yaitu Asmat, Lanny Jaya dan Paniai.

Hingga September 2019, BaKTI sudah melatih 298 orang melalui 18 pelatihan tersebut. Sasaran pelatihan komunikasi adalah anggota Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten, termasuk mitra-mitra pendukung mereka di tingkat provinsi dan kabupaten.

Sebanyak 195 peserta pelatihan komunikasi atau 64,8% adalah anggota Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten yang terdiri dari staf dinas-dinas terkait pelaksanaan program BANGGA Papua, lembaga pemerintah lain, staf pemerintahan distrik (kecamatan) dan staff pemerintahan kampung.

Peningkatan kapasitas komunikasi anggota sekber ini amat penting karena mereka adalah cikal bakal pelatih dan pendamping untuk pelaksana program di tingkat kabupaten dan distrik. Kemampuan melakukan sosialisasi program secara efektif perlu mereka kuasai dengan baik. Di kabupaten tertentu, karena alasan krisis kepercayaan kepada staf pemerintah di tingkat distrik dan kampung, Sekber Kabupaten bahkan terpaksa harus turun hingga ke tingkat distrik.

Namun, tantangan geografis wilayah dan keterbatasan sumber daya membuat Sekber Kabupaten harus berpikir kreatif mencari mitra kerja untuk membantu tugasnya. Jumlah anggota sekber dan dana operasional yang terbatas membuat mereka tidak mampu menjangkau calon-calon penerima manfaat program di pelosok kabupaten. Untuk itulah mereka harus mencari dan berkolaborasi dengan mitra pendukung di kabupatennya.

Yang dimaksud dengan mitra pendukung adalah para tokoh kunci yang didengar dan dipercaya oleh masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan, bahkan tinggal di tengah-tengah masyarakat yang menjadi sasaran program BANGGA Papua. Mereka ini berperan penting dalam mensosialisasikan BANGGA Papua kepada calon penerima manfaat, termasuk melakukan edukasi tentang penggunaan dana BANGGA Papua yang benar sesuai dengan tujuannya.

Mitra pendukung ini terdiri dari kader posyandu, bidan puskesmas/kampung, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan anggota TP-PKK (Tim Penggerak PKK) di provinsi dan kabupaten. Ada 105 mitra pendukung di tingkat provinsi dan kabupaten yang telah mengikuti pelatihan komunikasi. Jumlah ini adalah 35,2% dari total peserta 18 pelatihan komunikasi yang telah dilakukan.

Memberdayakan Orang Asli Papua

Dari 18 pelatihan komunikasi yang dilakukan, mayoritas peserta pelatihan adalah orang asli Papua yaitu 217 orang, atau sebesar 72,8% dari seluruh peserta pelatihan. Sementara itu, 81 orang atau 27,2% peserta lain berasal dari etnis non Papua. Statistik ini sangat menggembirakan  karena ini berarti ada banyak orang asli Papua yang mendapatkan penguatan kapasitas dan peningkatan pengetahuan komunikasi melalui  berbagai pelatihan yang difasilitasi oleh BaKTI.

Peserta pelatihan dari etnis Papua terbanyak berasal dari Kabupaten Paniai yaitu 71 orang (32,7%), diikuti oleh Kabupaten Lanny Jaya dengan jumlah peserta 66 orang (30,4%). Asmat berada di posisi ketiga dengan 66 peserta orang asli Papua (27,6%) sementara di tingkat provinsi, hanya ada 20 peserta pelatihan yang orang asli Papua atau 9,2%.

Memberdayakan Perempuan

Hal lain yang menarik dari data yang dihimpun terkait pelatihan komunikasi yang difasilitasi BaKTI adalah bahwa 41,3% dari seluruh peserta pelatihan (123 orang) adalah perempuan. Angka ini memang belum menunjukkan perbandingan yang seimbang antara peserta pelatihan laki-laki dan perempuan, namun perbedaan angka persentase keduanya tidak mencolok (41,3% dan 58,7%). Pada kenyataannya,  anggota Sekber Provinsi maupun Sekber Kabupaten memang didominasi oleh laki-laki.

Namun demikian, ada tren menarik yang terjadi setelah pelaksanaan BANGGA Papua berjalan hampir setahun. Jumlah perempuan yang terlibat dalam program ini semakin bertambah. Apalagi ketika Sekber Kabupaten mulai menggandeng mitra-mitra seperti kader posyandu, bidan kampung, bidan puskesmas, petugas kesehatan lain, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda dan anggota TP (Tim Penggerak) PKK. Mitra kolaborasi yang baru ini kebanyakan adalah perempuan.

Karena peran mereka yang penting dan layanan intensif yang telah mereka berikan kepada masyarakat, masyarakat mendengarkan nasihat mereka. Masyarakat percaya kepada mereka. Karena itulah Sekber Kabupaten membangun kerjasama dengan mereka untuk menjangkau calon-calon penerima manfaat hingga ke tingkat kampung.

Tren meningkatnya jumlah peserta perempuan ini mulai terjadi di akhir tahun 2018, utamanya di Kabupaten Paniai dan Lanny Jaya.  Perbandingan anggota sekber laki-laki dan perempuan di Kabupaten Asmat sejak awal memang nyaris seimbang. Tetapi tidak demikian halnya dengan Paniai dan Lanny Jaya.

Awalnya, peserta pelatihan komunikasi dari Kabupaten Paniai dan Lanny Jaya ini didominasi laki-laki. Namun belakangan jumlah peserta perempuan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya mitra yang digandeng oleh Sekber Paniai dan Lanny Jaya.

Paniai kembali menjadi kabupaten yang paling banyak menyumbangkan peserta pelatihan perempuan. Sampai September 2019, sudah ada 42 perempuan dari Paniai yang ikut serta dalam pelatihan komunikasi. Angka ini mencakup 34,1% dari total jumlah perempuan peserta pelatihan. Kabupaten Asmat menyusul Paniai dengan 33 peserta perempuan (26,8%) dan Lanny Jaya menyumbangkan angka 20 orang peserta perempuan (16,3%). Di tingkat provinsi, ada 28 peserta perempuan atau sebanyak 22,8%).

Dari 123 perempuan yang menjadi peserta pelatihan, BaKTI mencermati bahwa sebanyak 73,9% adalah orang asli Papua. Jumlah tersebut tentu saja sangat dominan bila dibandingkan 26,1% peserta perempuan lain yang dari etnis non Papua.

Kabupaten Paniai, lagi-lagi berada di peringkat pertama yang telah berhasil menyumbangkan peserta perempuan orang asli Papua yaitu sebanyak 40 orang (dari 123 peserta) atau 32,5%. Kabupaten Lanny Jaya dan Asmat menyusul di belakangnya masing-masing dengan 20 peserta (16,3%) dan 19 peserta (15,4%) perempuan dari etnis Papua.

Merancang Pelatihan Sesuai Kebutuhan

Satu-satunya pelatihan dengan materi yang sama yang dilakukan untuk Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten adalah ToT (training of trainers) Komunikasi Persuasif.  Tujuan pelatihan ini adalah agar anggota sekber memahami dengan baik cara melakukan sosialisasi program secara efektif. Selain itu, mereka dibekali kemampuan untuk melakukan pelatihan yang sama kepada pelaksana program lainnya.

Selain ToT, pelatihan-pelatihan di kabupaten khususnya, dirancang berdasarkan hasil needs assessment yang dilakukan bersama sekber kabupaten, atau berdasarkan permintaan sekber kabupaten untuk mengatasi tantangan-tantangan komunikasi khusus yang muncul di kabupatennya.

Sekber Kabupaten Asmat, misalnya, mengidentifikasi pentingnya pelatihan menulis bagi anggotanya dan pelaksana program di tingkat distrik. Pelatihan tersebut untuk mengenali perubahan-perubahan atau praktik baik yang terjadi karena pelaksanaan BANGGA Papua di Asmat, untuk kemudian didokumentasikan dalam bentuk tulisan pendek. Nantinya, tulisan-tulisan ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam media internal dan eksternal.

Sekber Kabupaten Paniai bersama dengan Tim BaKTI pernah mengidentifikasi tantangan-tantangan komunikasi di kabupaten tersebut, sekaligus mendiskusikan jalan keluarnya. Hasilnya, Sekber Paniai memutuskan untuk membentuk kerjasama dengan tokoh-tokoh kunci di tingkat distrik dan kampung dan meminta Tim BaKTI mendampingi pelatihan komunikasi untuk mereka. Tidak berhenti di situ, dalam waktu dekat, Sekber Paniai bersama Tim BaKTI juga merencanakan melakukan pelatihan tentang bagaimana membuat foto yang bercerita untuk merekam praktik-praktik baik dari pelaksanaan BANGGA Papua di Paniai.

Jumlah 18 pelatihan yang sudah difasilitasi BaKTI atas dukungan KOMPAK, tentu masih akan terus bertambah. Setelah melaksanakan program selama lebih dari setahun, tantangan-tantangan komunikasi yang muncul, menjadi sangat khusus untuk setiap kabupaten. Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten juga akan meningkatkan kualitas renja komunikasi menjadi lebih strategis. Setelah belajar dari pengalaman melakukan komunikasi strategis selama kurang lebih setahun, anggota Sekber Provinsi dan Sekber Kabupaten, harusnya naik kelas. Artinya, mereka harus lebih siap dan berani menghadapi tantangan-tantangan komunikasi yang lebih kompleks dalam melaksanakan program BANGGA Papua.

18 trainings and will still continue…

BANGGA Papua adalah program perlindungan sosial yang diinisiasi oleh Pemprov Papua. Tujuan strategis BANGGA Papua adalah untuk meningkatkan kualitas SDM orang asli Papua melalui peningkatan gizi dan kesehatan anak. Sumber dana BANGGA Papua dari dana Otsus sehingga diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaat dana Otsus secara langsung. Sasaran program adalah anak orang asli Papua berusia di bawah 4 tahun. Setiap anak berhak atas dana Rp 200 ribu per bulan. Dana digunakan untuk membeli atau menyediakan makanan dengan gizi seimbang untuk anak. Dana diterima langsung oleh ibu/wali sah anak melalui transfer bank.