Diskusi Kelompok Terfokus Program KONEKSI di Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat menjadi provinsi kedua pelaksanaan Sosialisasi dan DIskusi Kelompok Terfokus (FGD) Program KONEKSI. Kegiatan ini dilaksanaka pada tanggal 2 April 2024 bertempat di Hotel Santika Mataram. Kegiatan dihadiri oleh peneliti-peneliti dari berbagai institusi penelitian di Nusa Tenggara Barat. Mereka adalah peneliti penerima dana hibah penelitian KONEKSI, peneliti dari berbagai perguruan tinggi (negeri dan swasta), peneliti dari pemerintah daerah (Bappelitbangda dan BRIN), serta peneliti dari Organisasi Masyarakat Sipil, khususnya yang fokus pada isu GEDSI. Jumlah peserta yang hadir adalah sebanyak 42 orang yang terdiri dari 24 laki-laki dan 18 perempuan. 2 orang peneliti disabilitas fisik (laki-laki dan perempuan) juga hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Pada sesi yang membahas tema penelitian kolaboratif secara umum, semua peneliti merasa bahwa kolaborasi memungkinkan peneliti untuk mengembangkan kapasitas dan kemampuan mereka sebagai peneliti karena kolaborasi dari disiplin ilmu, minat isu dan latar belakang institusi yang berbeda-beda. Di satu sisi, penelitian kolaboratif menjadi tantangan tersendiri di dalam proses implementasi, karena membutuhkan adaptasi dan jalinan komunikasi yang baik antar peneliti yang terlibat dalam satu proyek penelitian. Peserta FGD yang belum terlibat di dalam penelitian kolaboratif mengaku bahwa belum adanya sebuah wadah atau platform komunikasi yang dapat mempersatukan mereka dan yang memungkinkan peneliti untuk berbagi informasi dan akses pendanaan.
Jejaring informasi dan komunikasi serta akses pendanaan yang terbatas inilah yang sebagian besar menjadi alasan utama, sehingga para peneliti kurang di dalam melakukan penelitian kolaboratif, inovatif dan berkelanjutan serta dibutuhkan oleh masyarakat. Diseminasi hasil penelitian yang terbatas dan kewajiban administrasi dan birokrasi pelaporan yang prosesnya panjang misalnya ke Kesbangpoldagri dan BRIDA juga menjadi hambatan dan kendala tersendiri yang dirasakan oleh para peneliti. Hal itulah yang juga menjadi prasangka di dalam diri para peneliti sehingga penelitian yang dihasilkan dirasa kurang memiliki dampak yang signifikan di dalam mendorong arah kebijakan pembangunan daerah. Tantangan dan hambatan lainnya yang dirasakan oleh para peneliti terkait dengan kebijakan politik yang berdampak pada dinamika birokrasi dan cenderung berganti-ganti di setiap suksesi kepemimpinan baru.