Monitoring Action Project Alumni INSPIRASI
Yayasan BaKTI melalui Program INSPIRASI (Indonesia Young Leaders Programme/IYLP) melakukan kunjungan monitoring ke Proyek Aksi alumni INSPIRASI yang berada di Sulawesi Utara pada tanggal 26-30 Agustus 2024 lalu. Proyek Aksi adalah ruang untuk menerapkan pembelajaran dari program ini yang bertujuan untuk mengatasi tantangan pembangunan tertentu di lembaga/komunitas alumni. Proyek Aksi terbagi dalam dua fase. Fase pertama untuk konsultasi dan pelingkupan masyarakat. Sedangkan fase kedua adalah implementasi. Kedua fase ini berlangsung setelah Sustainable Developemnt Course bagian kedua ketika peserta kembali ke Indonesia setelah mengikuti kursus singkat di New Zealand. Tujuan monitoring Proyek Aksi adalah untuk melihat sejauh mana implementasi yang sudah dilakukan oleh alumni INSPIRASI berjalan sesuai dengan proposal yang diajukan sebelumnya. Termasuk pula mengethau pembelajaran yang diperoleh dari proses ini, tantangan yang dihadapi, serta hasil yang dicapai. Adapun dua orang alumni yang dikunjungi dalam monitoring program ini adalah Gerard Axel Belt (alumni cohort 2023) dan Samuel Leivy Opa (alumni cohort 2022). Keduanya berdomisili di Provinsi Sulawesi Utara.
Proyek Aksi yang dilakukan oleh Gerard dan tim adalah merelokasi, restorasi dan pembuatan bagian Waruga yang rusak di beberapa target proyek site di Kota Tomohon dan sekitarnya. Waruga adalah kubur batu orang Minahasa zaman dulu yang terbuat dari jenis batuan beku/batu lava basal sejak abad ke-5 Sebelum Masehi hingga tahun 1920an. Orang Minahasa memakamkan saudaranya dengan metode waruga (orang yang meninggal dimasukkan ke dalam waruga dalam posisi seperti dalam kandungan Ibu).
Salah satu lokasinya adalah SD Inpres 4/82 Walian, Tomohon. Di sekolah ini, Gerard dan tim memindahkan waruga yang terabaikan dan rusak di beberapa bagian yang berada di halaman tengah sekolah dan meletakkan kembali di halaman depan sekolah dan membuat menjadi Pojok Budaya. Tujuannya agar melalui pojok budaya ini, para siswa tahu dan mengenal bagaimana leluhur mereka dulu dimakamkan dan menjaga kelestarian waruga adalah tanggung jawab bersama termasuk siswa karena nilai sejarah dan budaya yang berada pada waruga adalah identitas diri orang Minahasa.
Sementara proyek aksi yang dilakukan Samuel dan tim adalah ‘Mapia Project Bahowo’, yang bertujuan untuk Mengurangi Sampah Laut dengan Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Pesisir Bahowo, Kelurahan Tongkaina, Kota Manado melalui Proses Partisipatif. Selama kunjungan, Program Officer BaKTI (Sherly Heumasse) bertemu dengan tim dan berdiskusi mengenai beberapa kegiatan yang dilakukan seperti koordinasi dengan pemerintah Kelurahan Tongkaina termasuk Kepala Lingkungan dari Lokasi proyek untuk membicarakan kelanjutan proyek aksi fase dua sekaligus mengundang Pak Lurah untuk hadir dalam kegiatan FGD.
Tim juga melakukan Kunjungan dan Diskusi dengan Tongkaina Ecotourism Guide Club/TEGC, sebuah komunitas masyarakat yang berfokus mendukung ekowisata di Kawasan Konservasi Mangrove Pantai Rap-rap, Kelurahan Tongkaina, Kota Manado. Dalam diskusi dengan mereka Sam mencari peluang berkolaborasi dengan TEGC untuk konservasi Kawasan Mangrove di area sekitar Bahowo. Kolaborasi tersebut dalam hal penanganan sampah plastik di Kawasan mangrove Bahowo untuk diolah oleh TEGC menjadi produk paving blok. Hal tersebut mengingat salah satu aktivitas TEGC saat ini adalah kegiatan pengumpulan sampah plastik di sekitar Kawasan Pantai Rap-rap dan mengolahnya menjadi paving blok dengan kualitas yang cukup baik dan dijual dengan harga lima puluh ribu rupiah per buah. Satu buah paving blok ini dihasilkan dari tiga karung sampah plastik jenis apapun yang diproduksi dengan cara dilelehkan dengan panas lebih dari 100 derajat celcius dan dibentuk menggunakan cetakan baja berbentuk segi enam.
Kunjungan monitoring ini juga untuk menghadiri kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus Persiapan Fase 2 “Mapia Project Bahowo” yang dibuka dan dihadiri secara langsung oleh Lurah Tongkaina. Dalam presentasinya, Sam memperkenalkan beberapa anggota tim yang baru, mengingatkan kembali mengeni konsep Co-design: Sebuah pendekatan yang mengombinasikan riset kualitatif dan partisipasi aktif berbagai komponen masyarakat lokal dalam menciptakan solusi terkait masalah yang mereka hadapi.
Sam juga memaparkan salah satu hasil Riset Kualitatif kepada 20 turis yang pernah mengunjungi Mangrove Park Bahowo. Dari seluruh proses yang sudah dilakukan oleh Sam dan tim dalam proyek aksi ini, ada empat hal penting yang menjadi pembelajaran utama yaitu pentingnya data, kolaborasi, keterlibatan pemangku kepentingan, dan keberlanjutan jangka panjang.