• admin
  • 21 June 2024

Pelatihan Teknis Budidaya Tanaman Jangka Panjang dan Pisang serta Pengendalian Penyakit dan Hama Terpadu Bagi Petani Lokasi Program BangKIT Kabupaten Sumba Barat Daya

Pada 6-7 Juni 2024, Program Pengembangan Penghidupan yang Inklusif di Kawasan Timur Indonesia (BangKIT) memfasilitasi kegiatan Pelatihan Teknis Budidaya Tanaman Jangka Panjang dan Pisang serta Pengendalian Penyakit dan Hama Terpadu Bagi Petani di Kabupaten Sumba Barat Daya. Kegiatan yang berlangsung di Kecamatan Kodi dan Kodi Bengo ini diikuti oleh 36 peserta (12 perempuan dan 24 laki-laki).

Pulau Sumba khususnya wilayah kabupaten Sumba Barat Daya didiami oleh mayoritas penduduk yang menggantung penghidupan mereka pada kegiatan bertani secara tradisional baik itu pertanian tadah hujan maupun pertanian sistem pengairan tradisional. Bentangan alam Kabupaten Sumba Barat Daya yang memiliki wilayah dataran tinggi serta dataran rendah memampukan masyarakat setempat melakukan kegiatan budidaya tanaman usia umur panjang, setidaknya di kabupaten ini ada dua komoditas unggulan pertanian umur panjang yakni tanaman kakao dan tanaman jambu mete yang telah menjadi sumber pendapatan utama kegiatan usaha pertanian dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir.

Natalia B. Bisik, selaku Project Officer program BangKIT di wilayah Kodi menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan hari ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan program BangKIT pada desa dampingan Program BangKIT di Kabupaten SBD berdasarkan pemetaan atau usulan masyarakat desa pada kegiatan pemutakhiran dan musyawarah desa. Salah satu identifikasi masalah yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat desa dampingan di Kecamatan Kodi dan Kodi Bangedo SBD adalah terkait dengan masalah pengendalian hama pada komoditi unggulan jangka panjang masyarakat yaitu jambu mete, kakao dan pisang. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan teknis budidaya dan pengendalian hama terpadu untuk ketiga jenis komoditas ini. “Penting bagi setiap peserta yang hadir mengikuti pelatihan ini dengan seksama untuk kemudian dapat dipraktikan di lingkungan atau lahan pertanian masing-masing peserta serta lebih lanjut dapat membagikan ilmu pengetahuan yang didapatkan kepada kelompok tani atau warga sekitar desa sehingga memberikan dampak luas mendukung keberlanjutan pengembangan penghidupan”, ungkap Natalia.


Clemens Bani selaku trainer dan merupakan perwakilan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kabupaten Sumba Barat Daya, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa kegiatan budidaya jambu mete pernah mencapai masa keemasan pada akhir tahun sembilan puluhan hingga awal duaribuan, setelah tahun-tahun ini berlalu maka kebanyakan petani melalui menghadapi berbagai jenis keluhan berkaitan dengan kegiatan budidaya jambu mete. Menurutnya apa yang dihadapi oleh rata-rata petani pemilik tanaman mete adalah penurunan secara kuantitas dan kualitas biji jambu mete, hal ini sebagai akibat dari perubahan curah hujan, kurangnya perawatan serta pemakaian berlebihan obat berbahan kimia yang akhirnya berdampak pada nilai jual biji jambu mete di pasaran. Untuk itu para petani diharapkan untuk melakukan kegiatan peremajaan tanaman jambu mete mengingat usia pohon jambu mete yang saat ini dimiliki oleh para petani sudah dinilai terlalu tua, selanjutnya harus memperhatikan terkait dengan kegiatan penjarangan dan pemangkasan serta pengendalian pemakaian obat kimia yang berlebihan yang dapat membunuh mikro organisme tanah serta predator alami.

Pada kegiatan pelatihan, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) yaitu bapak Marselinus Salomon Reda Lete, SP menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada temuan berarti dari para peneliti yang dapat membantu para petani pisang dalam penanggulangan hama atau penyakit pada tanaman pisang. Namun dapat dilakukan pencegahan dengan teknik pemilihan bibit dan teknik tanam yang tepat. Selanjutnya untuk memilih bibit pisang yang sehat kita dapat mengidentifikasikannya dengan cara mengamati warna pada setiap lapisan pelepah pisang bagian dalam setelah dipotong pada bagian pokok tunas daun pisang, bila memiliki bentukan warna dasar putih bersih maka jenis bibit pisang tersebut adalah pisang yang sehat namun bila ditemukan ada bagian pelepah yang bercorak merah maka anakan pisang tersebut tidak layak dijadikan sebagai bibit.

Di samping itu, perlu diperhatikan juga terkait jarak tanam antara satu anakan pisang dengan anakan pisang yang lain serta penyediaan media tanam dari anakan pisang, idealnya satu anakan pisang ditanam pada lubang tanam berdiameter 60 cm x 60 cm dengan dalam lubang 50 cm serta memiliki jarak tanam 5 meter per setiap anakan pisang, tujuannya agar memudahkan proses pertumbuhan pisang beserta rumpunnya. Bapak Marselinus berharap dengan mengikuti teknik yang telah diarahkannya ini para petani yang ada di wilayah Kecamatan Kodi dan Kecamatan Kodi Bangedo dapat memaksimalkan lahan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta ekonomi masyarakat desa dengan cara meningkatkan kualitas produktif tanaman pisang serta pengendalian hama secara terpadu melalui teknik-teknik yang telah dibagikan.

Yohanis Jaha Niri, salah satu peserta pelatihan dari Desa Tanjung Karoso menyampaikan antusiasnya terhadap pelatihan yang diadakan oleh program BangKIT ini. “Kegiatan pelatihan ini betul-betul menjawab permasalahan yang kami hadapi beberapa tahun terakhir ini serta sangat bermanfaat untuk kami terapkan di desa kami masing-masing selepas pelatihan”, ungkap Yohanis.