Penguatan Kapasitas Peneliti Melalui Lokakarya Penulisan GEDSI di Indonesia Timur

Pengarusutamaan Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) dalam kegiatan penelitian merupakan aspek fundamental untuk memastikan bahwa hasil riset mampu memberikan dampak nyata bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk mereka yang selama ini termarjinalkan. Penerapan perspektif GEDSI perlu dilakukan secara komprehensif, mulai dari tahap perencanaan penelitian, pengumpulan data, hingga pada proses analisis dan diseminasi hasil. Kesadaran akan pentingnya prinsip ini mendorong BaKTI dan KONEKSI untuk menyelenggarakan Lokakarya Penulisan GEDSI bagi 39 peneliti dari Jaringan Peneliti Indonesia Timur, khususnya Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagai bagian dari komitmen memperkuat kapasitas peneliti dalam membangun praktik penelitian yang lebih inklusif dan transformatif.

Lokakarya ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman peserta terhadap prinsip-prinsip GEDSI melalui pendekatan interseksional yang menekankan pentingnya analisis berbagai bentuk ketimpangan sosial yang saling berkelindan, seperti gender, disabilitas, usia, lokasi geografis, dan status sosial ekonomi. Peserta tidak hanya diajak memahami konsep-konsep dasar GEDSI dan relevansinya dalam konteks riset dan kebijakan publik, tetapi juga dibekali dengan strategi dan alat praktis untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut ke dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah maupun populer. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran partisipatif dan kolaboratif, lokakarya ini menciptakan ruang aman bagi peserta untuk saling bertukar pengalaman, memberikan umpan balik sejawat, serta membangun jejaring peneliti yang berkomitmen pada nilai-nilai kesetaraan dan inklusi.


Selama tiga hari pelaksanaan, sejak tanggal 19 hingga 21 Mei 2025 di Kota Kendari, peserta yang berasal dari berbagai latar belakang—termasuk akademisi, peneliti dari lembaga swadaya masyarakat, jurnalis, serta mitra disabilitas dari jaringan SAPDA—berpartisipasi aktif dalam sesi-sesi pembelajaran. Kehadiran peserta dari luar Sulawesi Tenggara, seperti Yogyakarta dan Ambon, memperkaya dinamika diskusi dan perspektif yang muncul dalam setiap sesi. Pelatihan ini difasilitasi oleh empat narasumber yang memiliki rekam jejak kuat dalam riset, penulisan, dan advokasi GEDSI, yaitu Professor Kathryn Robinson, Lies Marcoes, Nurhady Sirimorok, dan Salman Samir.

Sesi hari pertama diawali dengan penguatan pemahaman tentang konsep dan prinsip dasar GEDSI, yang menjadi fondasi penting sebelum peserta diajak memasuki teknik-teknik penulisan. Kelas kemudian dibagi ke dalam dua jalur sesuai minat peserta: kelas penulisan media populer dan kelas penulisan artikel ilmiah. Kelas media populer dipandu oleh Lies Marcoes dan Nurhady Sirimorok, yang memberikan pengantar tentang bagaimana menulis untuk publik luas tanpa kehilangan kedalaman analisis, sedangkan kelas penulisan ilmiah dipimpin oleh Professor Kathryn Robinson dan Salman Samir yang memberikan arahan teknis mengenai struktur penulisan akademik, pemilihan jurnal, hingga etika publikasi.

Salah satu peserta, Ibu Eva Solina Gultom dari Universitas Halu Oleo, menyampaikan pengalamannya, “Saya sangat senang dapat berpartisipasi dalam lokakarya ini, karena memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai prinsip GEDSI serta memperkaya wawasan saya dengan berbagai teknik penulisan yang sebelumnya belum pernah saya pelajari. Bagi saya, isu GEDSI merupakan tema yang relevan sepanjang masa dan akan selalu penting untuk dikaji dan disuarakan dalam berbagai konteks.” Pernyataan ini menggambarkan antusiasme peserta sekaligus menunjukkan nilai strategis pelatihan ini dalam membentuk cara pandang peneliti terhadap kesetaraan dan keadilan sosial.


Banyak peserta yang berasal dari kalangan dosen dan peneliti akademik merasa bahwa pelatihan ini tidak hanya menguatkan pemahaman teoritik mereka, tetapi juga memberikan keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan dalam proses menulis, seperti bagaimana merancang studi literatur yang efektif, mengakses big data sekunder, membangun argumen berbasis bukti, serta menyusun abstrak dan kerangka tulisan yang koheren. Teknik-teknik ini dipaparkan dengan pendekatan aplikatif yang membuat peserta lebih percaya diri dalam menulis dan mempublikasikan karya mereka, baik di jurnal ilmiah maupun di media publik.

Pelatihan penulisan GEDSI ini bukan hanya menjadi wahana peningkatan kapasitas teknis peserta dalam menulis, tetapi juga memperkuat kesadaran kritis mereka terhadap pentingnya kesetaraan dan inklusi dalam praktik riset. Dengan menghadirkan narasumber berpengalaman dan menyuguhkan pendekatan yang interaktif serta berbasis pengalaman nyata, kegiatan ini berhasil mendorong transformasi cara pandang dan praktik menulis di kalangan peneliti Indonesia Timur. Lebih dari sekadar pelatihan, lokakarya ini telah membangun fondasi bagi ekosistem riset yang lebih adil, setara, dan berkelanjutan di bawah payung Jaringan Peneliti Indonesia Timur.