• adminbakti
  • 10 April 2023

Program Perlindungan Anak - Kerja Sama Unicef dan Yayasan BaKTI

Program Kerjasama UNICEF – BaKTI

Pelecehan dan Eksploitasi Seksual Anak secara online (OCSEA/Online Child Sexual Exploitation and Abuse) dan Mempromosikan Lingkungan yang Aman melalui Pendekatan Kesadaran dan Respons (SETARA/Safe Environment through Awareness and Response Approach)

Pertemuan Koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Makassar untuk presentasi program OCSEA

Saat ini UNICEF sedang melaksanakan program/kegiatan pencegahan dan respons terhadap Pelecehan dan Eksploitasi Seksual Anak secara online (OCSEA/Online Child Sexual Exploitation and Abuse) dan Mempromosikan Lingkungan yang Aman melalui Pendekatan Kesadaran dan Respons (SETARA/Safe Environment through Awareness and Response Approach) untuk pencegahan perkawinan usia anak, kekerasan berbasis gender. Program ini dilaksanakan melalui Yayasan BaKTI sebagai mitra pelaksana UNICEF di Sulawesi Selatan.
UNICEF melalui Yayasan BaKTI bersama Pemerintah Kota Makassar terus mendorong pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak, termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring (Online Child Sexual Exploitationand Abuse-OCSEA). Program OCSEA sejalan dengan program prioritas Pemerintah Kota Makassar yakni Jagai Anakta. Program Jagai Anakta merupakan upaya deteksi dini masalah sosial yang melibatkan anak-anak, baik sebagai pelaku atau sebagai korban. Pada tanggal 27 Januari 2023 Tim UNICEF, Yayasan BaKTI, dan DP3A Kota Makassar melakukan pertemuan koordinasi awal tentang perlindungan anak. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyampaikan program kerjasama Pemerintah Kota Makassar dan UNICEF yang berlangsung pada tahun 2023 berkaitan pencegahan dan respon terhadap: 1) Perkawinan usia anak, 2) Kekerasan berbasis Gender, dan 3) Pesantren Ramah Anak.  

Untuk wilayah Makassar ada 6 kelurahan yang akan menjadi intervensi dalam program OCSEA selama 2023 hingga April 2024. Kelurahan yang menjadi lokasi program OCSEA yaitu Kelurahan Batua, Manggala, Bangkala, Pattingaloang, Macini Sombala dan Tamamaung. Program/kegiatan OCSEA-SETARA yang akan dilakukan selama tahun 2023-April 2024 sebanyak 13 kegiatan inti. Beberapa diantaranya yakni pelatihan guru yang menyasar guru SD, SMP, dan SMA. Kemudian kegiatan peer share dari guru ke siswa dan peer share ke siswa terlatih ke anak lainnya dengan menyasar siswa SD, SMP, dan SMA dengan usia 9-17 tahun, pelatihan fasilitator masyarakat, parenting orangtua/pengasuh, dan pelatihan anak komunitas.

Asesmen Pengumpulan data dan informasi terkait OCSEA dengan Stakeholder di 10 desa/ kelurahan target di Kota Makassar dan Maros
Perkembangan teknologi tidak hanya berdampak positif bagi tumbuh kembang anak, tetapi menyisakan risiko yang harus diwaspadai. Eksploitasi dan Pelecehan Seksual Anak Online (Online Chlid Sexuak Eksploitation and Abuse – OCSEA) saat ini umum terjadi. Misalnya prostitusi online, pelecehan seksual dan lainnya.

Sebagai upaya perlindungan anak dari eksploitasi dan pelecehan seksual anak di ranah daring, maka Departemen Sosiologi Fisip Unhas didukung UNICEF melalui Yayasan BaKTI bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan turut terlibat dalam pengembangan media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait OCSEA, baik dalam bentuk modul aman berinternet bagi anak yang diperuntukkan ke fasilitator masyarakat, modul pemberi layanan, buku saku maupun bentuk lainnya. Penyusunan modul diawali dengan kegiatan asesmen pengumpulan data dan informasi terkait OCSEA dengan stakeholder di 10 desa/kelurahan target di Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Pada tanggal 4 Februari 2023 dilaksanakan asesmen kepada orangtua/pengasuh di 4 desa yang ada di Kabupaten Maros. Kemudian Fokus Grup Diskusi pada tanggal 8 Februari 2023 melibatkan pemberi layanan UPT PPA, Pekerja Sosial, Dinas Sosial, DP3A, PUSPAGA, TRC, dan Unit PPA Polrestabes Makassar. Tim penyusun Modul dan Buku Saku pencegahan OCSEA terdiri dari Dr. Ramli, AT, Dr. Buchari Mengge dan Dr. Nuvida Raff dengan didampingi oleh Technical Assistance program OCSEA BaKTI-UNICEF Arafah dan Andi Nurlela.

Harapannya dokumen yang dihasilkan ini akan menjadi media pembelajaran dan penguatan kapasitas di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan bagi orang tua/pengasuh, pekerja sosial, pemberi layanan, dan pihak lainnya dalam melakukan pencegahan, respons perlindungan anak terkhususnya eksploitasi dan pelecehan seksual anak di ranah daring. 

 

Pertemuan Audiensi dengan Bupati Wajo dan Dinas terkait (Bappeda, DinsosP3A, Kominfo, DPMD, UPT PPA, dan Kemenag) dan koordinasi awal pelaksanaan program OCSEA-SETARA.
Pertemuan audiensi dan koordinasi awal program OCSEA-SETARA dihadiri sejumlah 18 orang (8 perempuan, 10 laki-laki) yang berasal dari Dinas Sosial, KB dan P3A, PMD, Kominfo, dan Kemenag. Pertemuan ini diterima langsung oleh Bupati dan Ibu Bupati pada tanggal 27 Februari 2023 di Kantor Bupati Wajo. Program yang diimplementasikan di Kabupaten Wajo yaitu: Pertama, Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA) atau Pencegahan dan Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Ranah Daring. Kedua, Safe Environment through Awareness and Response Approach (SETARA) atau Mewujudkan Lingkungan yang Aman melalui pendekatan kesadaran dan respons pada kekerasan berbasis gender termasuk perkawinan usia anak. Dua program itu dilaksanakan melalui Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) sebagai mitra pelaksana UNICEF. Ketiga, Pesantren Ramah Anak yang sedianya akan diluncurkan pada pertengahan tahun ini. Program ini dilaksanakan oleh mitra pelaksana UNICEF, Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (PSGA UINAM). Program akan berlangsung di empat lokasi di Wajo yaitu di Kelurahan Tempe, Kecamatan Tempe; Desa Lompoloang, Kecamatan Pitumpanua; Desa Mattirowalie, Kecamatan Maniangpajo; dan Desa Limporilau, Kecamatan Belawa.  Harapannya ada lima pesantren yang dipilih untuk menjadi Pesantren Ramah Anak dan akan di-launching pada pertengahan tahun 2023.
Rangkuman hasil Audiensi:

  • Bupati dan jajarannya sangat menyambut baik tiga program yang akan dilaksanakan di Kabupaten Wajo.
  • Untuk mendukung percepatan KLA (Kabupaten Layak Anak): segera membentuk tim yang terdiri dari Bappeda, Dinas Sosial KB, P3A, Dinas Kominfo, Dinas PMD, dan Kemenag. Tim ini akan dikoordinir oleh dinas yang mengampuh perlindungan anak atau Bappelitbangda.
  • Bupati meminta Kepala OPD untuk segera menindaklanjuti pembentukan tim dan mensosialisasikan program ini dengan anggota tim.
  • Bupati meminta Kemenag Wajo untuk membuat khotbah seragam pada Jumat atau ceramah Ramadhan yang mencakup tema perlindungan dan pemenuhan hak anak.  Tim Dai akan diberikan pembekalan tentang perlindungan anak. Dinas Kominfo bisa membantu menyebarkan materi-materi dan konten perlindungan anak. Kemudian Dinas PMD bisa memanfaatkan website desa/kelurahan untuk penyebaran informasi dan materi perlindungan anak. Pada saat pertemuan atau upacara  naskah sambutan Bupati bisa disisipkan tentang perlindungan anak. 
  • Memanfaatkan setiap momen pertemuan untuk menyampaikan pesan-pesan terkait perlindungan anak. Harapannya dapat menjadikan dan mengembalikan Wajo sebagai Kabupaten Layak Anak.

Audiensi dengan BAPPEDA Kab. Bone terkait program OCSEA-SETARA
Sehubungan dengan keberlanjutan dukungan UNICEF untuk perlindungan anak di Kabupaten Bone, tim UNICEF dan BaKTI melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Bone. Pertemuan audiensi dihadiri oleh Kepala Bappeda, para kepala Dinas dan Kepala Bidang dari Dinas terkait Perlindungan Anak. Peserta: 20 orang (15 perempuan, 5 laki-laki) yang terdiri dari Dinas DP3A, Kominfo, Kemenag, LPP Bone, Perwakilan Desa, tim UNICEF, dan BaKTI.

Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyampaikan program kerjasama Pemerintah Kabupaten Bone dan UNICEF yang berlangsung pada tahun 2023.  Saat ini UNICEF sedang melaksanakan beberapa program untuk tahun 2023 yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bone:

  1. OCSEA (Online Child Sexual Exploitation and Abuse) atau Pencegahan dan Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Ranah Daring  
     
  2. SETARA (Safe Environment through Awareness and Response Approach) atau Mewujudkan Lingkungan yang Aman Melalui Pendekatan Kesadaran dan Respons pada kekerasan berbasis gender termasuk perkawinan usia anak. Kedua program di atas dilaksanakan melalui Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) sebagai mitra pelaksana UNICEF
     
  3. Pesantren Ramah Anak yang sedianya akan di launching pada pertengahan tahun ini. Program ini dilaksanakan oleh mitra pelaksana Pusat Studi Gender dan Anak UIN Alauddin (PSGA UIN). 
     
  4. Memajukan Pendidikan, Perlindungan dan Kesejahteraan Remaja Perempuan untuk mencapai potensi. Program ini masih dalam tahap pembuatan desain.

Rangkuman hasil pertemuan:

  • Pemerintah Kabupaten Bone merespons baik program dan kegiatan yang didukung oleh UNICEF: Program yang dilaksanakan sangat membantu pencapaian indikator RPJMD. Para kepala desa yang hadir merespons dengan baik karena membantu pengembangan SDM tingkat desa.
  • Tahun ini Kabupaten Bone akan menjadi lokasi kunjungan dari Kabupaten Luwu yang mau melihat dan belajar tentang kegiatan program kerjasama, terkait pendidikan “Lisu Masikola”. Program ini di dukung oleh UNICEF, Pemerintah Desa, OPD dan tim lainnya.

Koordinasi dan Sosialisasi Perlindungan Anak di Ranah Daring di Desa/Kelurahan target Program OCSEA-SETARA
Program pencegahan OCSEA dan SETARA bertujuan untuk memperkuat kapasitas anak-anak sebagai agen perubahan, pelopor dan pelapor, fasilitator komunitas/masyarakat, guru dan pekerja sosial/pemberi layanan, yang aktif dalam mempromosikan pencegahan dan respon terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring, perkawinan usia anak, dan Kekerasan Berbasis Gender (KBG).

Membangun ruang yang aman dan ramah anak di era digital seperti sekarang ini tidak hanya menjadi tugas para orang tua/pengasuh, akan tetapi menjadi tugas bersama yang harus saling bergandeng tangan untuk melakukan perlindungan anak di ranah daring. Untuk itu UNICEF melalui Yayasan BaKTI bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan mengimplementasikan program OCSEA untuk tahun 2023 – 2024 di 20 desa yang ada di 4 Kabupaten/ Kota (Makassar, Maros, Bone dan Wajo) sebagai wujud dalam mencegah dan sekaligus meresepon ketika terjadi kasus kejahatan seksual eksploitasi dan kekerasan seksual di ranah daring.

Program ini diawali dengan koordinasi serta sosialisasi mengenai pentingnya Perlindungan Anak di Ranah Daring ke 20 desa/kelurahan yang merupakan wilayah intervensi OCSEA berdasarkan rekomendasi dari DP3A Provinsi dan kabupaten/kota. Wilayah-wilayah tersebut diantaranya: Kota Makassar 6 kelurahan: Manggala (Kec. Manggala), Tamamaung (Kec. Panakukang), Pattingalloang (Kec. Ujung Tanah), Batua (Kec. Manggala), Maccini Sombala (Kec.Tamalate), dan Bangkala (Kec. Manggala). Kabupaten Maros 4 Desa: Bonto Marannu (Kec. Lau), Pajukukang (Kec. Bontoa), Je’netaesa (Kec.Simbang), dan Temmapaduae (Kec. Marusu). Kabupaten Bone 6 Desa: Mallari (Kec.Awangpone), Cumpiga (Kec. Awangpone), Ajjalireng (Kec . Tellu Siattingnge), Welado (Kec. Ajangale), Malimongeng (Kec. Salomekko), dan Abbumpungeng (Kec. Cina). Kabupaten Wajo 4 Desa: Tempe (Kec.Tempe),  Limporilau (Kec.Belawa),  Mattirowalie (Kec.Maniangpajo), dan Lompoloang (Kec.Pitumpanua)

Melalui program pencegahan OCSEA di desa/kelurahan diharapkan memperkuat kapasitas dan pemahaman anak sebagai kelompok sasaran, teman sebaya sebagai pelopor dan pelapor, orang tua/pengasuh dan masyarakat yang tergabung di sebuah komunitas/organisasi, pemberi layanan perlindungan anak di tingkat desa/kelurahan (PATBM/PUSKESOS/Shelter Warga) sebagai pihak yang akan melakukan pencegahan dan respons, serta pemerintah desa/kelurahan sebagai pelaku utama yang paling dekat dengan masyarakat. Dengan intervensi yang dilakukan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dilakukan dengan cakap dan dapat memberikan perlindungan bagi anak dari segala bentuk kejahatan seksual di ranah daring.

Program Social Behaviour Change (SBC)

Training of Trainer Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi
Program SBC kerja sama UNICEF dan BaKTI berfokus pada penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan melalui peningkatan literasi digital masyarakat. Program yang berlangsung pada Januari-Mei 2023 ini adalah kerjasama UNICEF-BaKTI dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Program ini akan dijalankan di empat wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo. Guna upaya penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan, peningkatan kemampuan literasi digital merupakan kapasitas yang perlu diperkuat. Di samping itu, untuk dapat menyebarkan pengetahuan mengenai hal tersebut, maka dibutuhkan kecakapan Komunikasi Antar Pribadi (KAP). Untuk itu, akan dilakukan kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi (KAP). 
Mengawali upaya tersebut, Tim Program SBC Kerja Sama UNICEF dan BaKTI menyiapkan pelatih yang akan memfasilitasi kegiatan pelatihan di empat wilayah program yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, Bone dan Wajo. Kegiatan Training of Trainer Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan Dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi berlangsung pada Kamis, 2 Maret 2023 di Hotel Best Western Makassar. Kegiatan yang melibatkan Tim UNICEF dan MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) sebagai narasumber ini melatih lima orang calon trainer yang telah berpengalaman dalam memfasilitasi pelatihan.

Lima orang trainer ini pun memperoleh penguatan kapasitas mengenai Teknik Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan literasi digital dalam penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan. Pengetahuan yang mereka peroleh ini pun nantinya akan menjadi topik utama yang akan dilatihkan oleh para trainer kepada para komunikator. Kelima orang trainer yang telah memperoleh penguatan kapasitas ini pun selanjutnya siap menularkan pengetahuan mereka ke lima ratus orang calon peserta atau komunikator dari berbagai unsur masyarakat di empat wilayah program.

Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi
Setelah sebelumnya lima orang trainer berlatih bersama melalui Training of Trainer Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi, saatnya para trainer terlatih membagikan pengetahuannya kepada masyarakat. Proses tular pengetahuan dari trainer ke masyarakat ini dilakukan dalam kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda program Social Behaviour Change (SBC) kerja sama UNICEF dan BaKTI yang berfokus pada upaya penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan untuk peningkatan cakupan kesehatan masyarakat. Penguatan kapasitas ini berlangsung di empat wilayah program yaitu Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Maros dan Kota Makassar. Kegiatan ini berlangsung pada 6-16 Maret 2023 dengan melibatkan 519 peserta. Para peserta, yang selanjutnya disebut sebagai komunikator, ini berasal dari berbagai unsur, yaitu tenaga kesehatan (Puskesmas dan Posyandu), perwakilan kelompok-kelompok masyarakat dan siswa-siswi SMA/sederajat yang berada di empat wilayah program.
Para peserta memperoleh pengetahuan mengenai teknik Komunikasi Antar Pribadi (KAP) yang berguna untuk membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Selain itu, para peserta juga memperoleh penguatan literasi digital meliputi pengenalan internet dan media sosial, perlindungan data pribadi dan identifikasi informasi benar dan hoaks. Tidak hanya sampai di situ, para komunikator ini nantinya akan berperan membagikan pengetahuan ini kepada masyarakat yang ada di sekitar mereka menggunakan teknik komunikasi antar pribadi yang telah mereka pelajari.

Edukasi Masyarakat Mengenai Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan oleh Komunikator
Setelah memperoleh pengetahuan melalui Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi, giliran para komunikator membagikan pengetahuan mereka kepada masyarakat di sekitarnya. Para komunikator di empat wilayah program yaitu Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Maros dan Kota Makassar akan berbagi pengetahuan kepada masyarakat mengenai cara mengidentifikasi hoaks dan misinformasi kesehatan.
Proses edukasi ini berlangsung dari Maret hingga April 2023. Para komunikator membagikan pengetahuan mereka secara langsung kepada masyarakat menggunakan Teknik Komunikasi Antar Pribadi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Para komunikator yang terdiri dari berbagai unsur ini, di antaranya tenaga kesehatan, perwakilan kelompok-kelompok masyarakat dan siswa-siswi SMA/sederajat, diharapkan dapat mewakili berbagai unsur masyarakat dalam edukasi dan penyebaran informasi ini.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terpapar informasi penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan melalui komunikator, diharapkan kemampuan literasi digital masyarakat pun semakin meningkat. Hal ini akan berguna bagi mereka dalam mengidentifikasi informasi yang mereka akses sehari-hari, terutama informasi kesehatan. Dengan penambahan pengetahuan mengenai identifikasi informasi kesehatan yang benar dan salah, maka diharapkan cakupan kesehatan masyarakat pun ikut meningkat.