Sistem Pertanian Terintegrasi dari Kupang Nusa Tenggara Timur Raih Svarna Bhumi Award 2024

Pada tanggal 29 Agustus 2024, Gestianus Sino praktisi praktik cerdas pertanian terintegrasi dari Kupang Nusa Tenggara Timur memperoleh penghargaan Svarna Bhumi Award 2024. Ajang ini sebagai bentuk apresiasi untuk para pejuang pangan, khususnya bagi mereka yang sudah berkontribusi untuk sektor pertanian di Indonesia. Selain berinovasi, penerima penghargaan ini juga dinilai telah memberikan dampak positif yang besar dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi industri pertanian nasional. Ajang Penghargaan diselenggarakan oleh MetroTV, Program Kick Andy dan PT. Pupuk Indonesia Persero. Malam penerimaan penghargaan ditayangkan di Metro TV pada tanggal 8 September 2024. Tayangannya acara penghargaan tersebut dapat disaksikan di: https://www.youtube.com/watch?v=82c0FkNKPic. Sistem Pertanian Terintegrasi ini merupakan salah satu praktik cerdas yang tampil pada panggung Festival Forum KTI 9 di Kupang Nusa Tenggara Timur.

Fokus pada potensi, jadikan tantangan sebagai peluang. Kalimat ini kurang lebih menggambarkan bagaimana Gestianus Sino (Gesti) membangun sistem pertanian terintegrasi di Kupang. Tantangan demi tantangan ia taklukkan, mulai dari mengolah lahan berbatu karang hingga menjadikannya sistem pertanian terintegrasi yang berdampak pada ekonomi, sosial, dan lingkungan. 

Gesti mengawali kisahnya pada 2011 saat tamat kuliah jurusan pertanian di Universitas Nusa Cendana Kupang. Saat itu ia memiliki lahan 1000-meter persegi namun 90% lahan tersebut berbatu karang. Ini bukan hal baru karena topografi wilayah Nusa Tenggara Timur terutama yang berada di Pulau Timor 90% nya berupa karang. Tak hanya itu, kondisi iklim yang kering dan minim sumber air semakin melengkapi masalah untuk mengembangkan pertanian. 

Alih-alih terjebak dengan masalah-masalah yang ada, Gesti memilih fokus dengan apa yang bisa ia lakukan sesuai kemampuan yang ia miliki. Sebagai sarjana pertanian, Gesti memahami prinsip dasar bercocok tanam. Tanah yang sehat dan kaya unsur hara adalah kunci agar tanaman bisa tumbuh subur. Maka mulailah ia melakukan rekayasa lahan dengan cara membongkar tanah berbatu karang hingga kedalaman 40 cm untuk diisi humus yang merupakan campuran tanah dan pupuk yang ia buat sendiri dari limbah lokal seperti kotoran ternak dan rumput liar. Ia membayangkan bertani di lahan batu karang seperti menanam bunga di pot raksasa. Proses ini ia kerjakan sendiri petak demi petak, hari ke hari, selama dua tahun. 

Simak kisah Gesti dalam Presentasi praktik cerdas GS Organik di Festival Forum KTI IX tersedia YouTube Yayasan BaKTI pada link https://www.youtube.com/watch?v=Z5cs8rUmTiI