Kolaborasi Mahasiswa dan Sanitarian dalam Survey Akses Sanitasi di Pinrang
Pinrang, Sulawesi Selatan,- Sebanyak 25 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Hasanuddin dan 13 sanitarian berpartisipasi aktif dalam kegiatan survei akses sanitasi di Pinrang. Hasil Survei ini diharapkan menjadi data awal kondisi sanitasi di rumah tangga yang disurvei, calon pelanggan layanan lumpur tinja terjadwal dan tidak terjadwal dan kendala-kendala di lapangan untuk mempercepat penyelenggaraan sanitasi aman di Pinrang.
Sebagaimana diketahui, sanitasi aman menjadi target pembangunan sanitasi di tiap daerah. Tanpa sanitasi aman, masyarakat akan rentan terkena penyakit diare, hepatitis, kolera, dan tipes. Sanitasi disebut aman di sebuah rumah tangga jika rumah tangga tersebut memiliki tangki septik tempat pembuangan tinja yang kedap dan aman baik tipe fabrikasi berstandar SNI maupun tipe konvensional dan lumpur tinjanya rutin disedot minimal tiga tahun sekali.
Saat ini, tingkat sanitasi aman di Pinrang sudah mulai bergerak meningkat mencapai 3 persen. Ini berarti masih membutuhkan kerja keras untuk mencapai target 100% kategori sanitasi aman. Survei yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi sanitasi rumah tangga yang mencakup keadaan akses sanitasi apakah sudah aman atau belum serta mengidentifikasi penyebab dan kendala bagi masyarakat untuk memiliki akses sanitasi aman baik dari sisi sumber air, closet (bangunan atas) dan tangki septik atau bangunan bawahnya.
Terbagi dalam 12 tim survei, para mahasiswa didampingi sanitarian berkeliling rumah untuk menjangkau data dan informasi tentang akses sanitasi mencakup sumber airnya, bangunan atas kakusnya apakah menggunakan closet leher angsa atau closet cemplung, dan bangunan bawahnya atau tanki septiknya apakah sudah kedap atau belum memiliki lubang hawa atau tidak, sudah pernah disedot, materi bahan tangki septik yang dimiliki, kesediaan masyarakat untuk merehab tangki septiknya menjadi tangki septik yang aman, dan lain lain.
Survei akses sanitasi berlangsung, 24 September 2023, di tiga kecamatan dan kelurahan yakni, Kecamatan Tirong Kelurahan Marawi, Kecamatan Watang Sawitto Kelurahan Sipatokkong, dan Kecamatan Paleteang Kelurahan Temmassarange. Survei dilaksanakan secara daring menggunakan aplikasi daring SIMPALD (Sistem Informasi Manajemen Air Limbah Domestik) dalam versi samarphone (Android) yang dikembangkan oleh BaKTI yang didukung oleh UNICEF bekerja sama dengan Dinas Bimacipta dan Dinas Kominfo Pinrang. Dengan aplikasi ini, penjangkauan data akses sanitasi rumah tangga dikerjakan secara cepat dan akurat karena hasil wawancara mahasiswa sebagai enumerator langsung dikirim (submitedI ke basis data SIMPALD. Data-data pemilik rumah yang dikirim lengkap by-name, by-address, by-picture dengan titik koordinat termasuk foto posisi letak tangki septiknya.
Setiap tim survei yang terdiri dari dua mahasiswa dan satu sanitarian berhasil menjangkau 131 data akses sanitasi rumah tangga yang langsung tercatat dalam SIMPALD, dan oleh operator data SIMPALD Dinas Bimacipta langsung dapat mengolahnya dalam aplikasi spread sheet (Excell).
Pasca survei, Erfan Hasmin, selaku narasumber dan pengembang aplikasi, menampilkan data-data yang ada dalam basis data di SIMPALD menunjukkan sejumlah fakta di lapangan antara lain sejumlah warga masih menggunakan tangki septik tidak kedap, tidak tahu kalau tangki septik harus disedot, masih enggan membayar biaya sedot tangki septik atau menginginkan penyedota gratis namun sebagian bersedia menjadi pelanggan sedot tinja secara terjadwal maupun tidak terjadwal.
Menurut Gracia, salah satu mahasiswa, kegiatan ini membuat mereka mengetahui tentang pentingnya sanitasi aman diterapkan di masyarakat dan di lingkungan mereka sendiri. “Saya baru menyadari bahwa ternyata kakus atau tangki septik itu harus sering disedot, dan ternyata banyak masyarakat yang juga tidak melakukan. Kesadaran mereka, sebagaimana saya sendiri, masih kurang untuk ini,” ujarnya.
Bapak Hardiman, kepala UPT PALD Dinas Bimacipta Pinrang, akan melanjutkan kegiatan pendataan sendiri, kolaborasi dengan sanitarian dan staf UPT PALD ke depan. “Kalau kita punya data lebih komprehensif, kita bisa menjadikannya sebagai basis untuk mengajukan kebijakan baru ke DPR untuk penyelenggaraan sanitasi aman, misalnya penambahan mobil penyedot tinja, hibah tangki septi yang sesuai SNI, pembangunan IPAL komunal dan sebagainya. Namun kita memang harus punya data terlebih dahulu agar kebijakan tersebut lahir sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.