Pembuatan dan Penyebaran Edukasi Pencegahan OCSEA dan Penguatan Kesehatan Mental oleh Anak dan Remaja melalui Alat Kampanye Edukator Sebaya
Pasca pelatihan pencegahan Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA) dan penguatan kesehatan mental yang diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia dan Yayasan BaKTI pada 12–14 Juni 2025 di Makassar, para peserta yang telah terlatih menunjukkan inisiatif luar biasa dengan melakukan pendampingan kepada teman sebaya mereka di daerah masing-masing. Anak-anak dan remaja yang tergabung dalam Forum Anak dari lima kabupaten/kota—Makassar, Maros, Gowa, Bone, dan Wajo—tidak hanya menyerap materi pelatihan dengan baik, tetapi juga mengambil peran sebagai fasilitator awal untuk membantu teman-teman mereka yang belum mengikuti pelatihan. Dalam proses ini, mereka mendampingi teman sebaya untuk memahami materi, lalu secara bersama-sama mengembangkan alat kampanye yang kreatif dan komunikatif terkait pencegahan OCSEA dan penguatan kesehatan mental.
Pendampingan ini dilakukan secara bertahap di lingkungan masing-masing seperti sekolah, kelompok remaja masjid, komunitas desa, dan shelter warga. Anak-anak yang telah terlatih memandu teman sebaya untuk mendiskusikan pesan utama yang ingin disampaikan, memilih medium kampanye yang sesuai, serta mendesain alat bantu visual dan narasi yang mudah dipahami. Berbagai bentuk alat kampanye dihasilkan, mulai dari poster edukasi, pamflet bergambar, infografis digital, hingga konten media sosial yang disesuaikan dengan gaya komunikasi anak muda. Pendekatan ini membangun rasa kepemilikan dan keterlibatan anak-anak dalam proses kampanye, sehingga pesan yang disampaikan lebih otentik dan kuat secara emosional.
Setelah alat kampanye selesai dibuat, anak-anak menyebarkannya ke berbagai ruang publik dan lingkungan sosial. Beberapa kelompok memilih untuk menempelkan poster di mading sekolah, papan informasi desa, halte, posyandu, dan tempat ibadah. Sebagian lainnya memanfaatkan momentum car free day (CFD) di daerahnya untuk menyapa langsung masyarakat, membagikan materi kampanye, dan berdialog mengenai isu OCSEA dan pentingnya kesehatan mental anak. Sementara itu, media sosial juga dimanfaatkan sebagai saluran kampanye digital, dengan unggahan edukatif yang disebarluaskan melalui Instagram, WhatsApp group sekolah, dan TikTok, lengkap dengan ilustrasi, kutipan, serta pesan kunci kampanye.
Kampanye ini berlangsung intensif sejak tanggal 23 hingga 30 Juni 2025. Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh tim UNICEF-BaKTI dan jaringan Forum Anak di lima wilayah, tercatat bahwa kampanye ini telah menjangkau lebih dari 10.000 anak dan remaja. Angka ini merupakan hasil gabungan dari kegiatan langsung di lapangan dan penyebaran informasi melalui media daring. Respons yang diterima dari sekolah, masyarakat, dan pemerintah lokal sangat positif. Banyak pihak menyatakan bahwa metode kampanye berbasis teman sebaya ini lebih efektif karena menggunakan bahasa yang mudah diterima dan menyentuh pengalaman nyata anak-anak.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa anak-anak bukan hanya penerima manfaat, melainkan juga aktor utama dalam upaya perlindungan anak. Dengan dukungan pelatihan dan ruang partisipasi yang setara, mereka mampu memimpin inisiatif edukatif yang berdampak luas. Pembuatan dan penyebaran alat kampanye ini menjadi bagian penting dari strategi sistem perlindungan anak berbasis komunitas yang dikembangkan UNICEF dan BaKTI, serta menjadi praktik baik yang dapat direplikasi di wilayah lain untuk mendorong lingkungan digital yang aman dan sehat bagi seluruh anak Indonesia.