Workshop Diseminasi Hasil Kajian Rantai Nilai Sutra

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, melalui Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan Daerah (BAPPELITBANGDA) dan Yayasan BaKTI melaksanakan Program Rintisan Pengembangan Pengetahuan untuk Penyusunan Kebijakan (knowledge to policy). Program rintisan ini ingin menunjukkan siklus penyusunan kebijakan berbasis bukti, di mana suatu agenda kebijakan prioritas daerah akan didukung melalui sebuah kajian terapan yang menjadi dasar penyusunan suatu kebijakan. Program ini didukung oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) yang merupakan kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia. KSI didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dan dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/BAPPENAS).

Upaya mewujudkan kebijakan berbasis bukti, diawali dengan proses agenda setting yang melibatkan multi pihak. Hasil agenda setting mengidentifikasi kompleksitas isu tata kelola komoditas Sulawesi Selatan. Solusi strategis yang disepakati para pihak adalah kajian rantai nilai komoditas, dengan memilih komoditas sutra sebagai topik kajian. Pertimbangannya, sutra merupakan komoditas unggulan dan prioritas pemerintah provinsi. Proses kajian disepakati dengan pendekatan kolaborasi multipihak, triple helix (Pemerintah, akademisi dan LSM) dengan berbagai disiplin keilmuan.

Foto 1

Hasil kajian rantai nilai komoditas sutra Sulawesi Selatan menunjukkan kompleksitas isu pada setiap rantainya. Di sektor hulu, masalah utama adalalah ketergantungan tinggi telur ulat sutra impor, dan rendahnya produktivitas ulat sutra lokal. Selain itu, perkembangan tanaman pertanian, tanaman pangan dan hortikultura dengan menggunakan pestisida kimia yang tinggi, merupakan musuh alami ulat sutra, menyebabkan ulat sutra gagal mengokon (produksi), situasi ini menyebabkan pelaku di sektor hulu beralih profesi dan tidak lagi menanam murbei dan memelihara ulat sutra. Pada sektor manufaktur, tantangannya adalah kualitas benang rendah dan alat produksi belum beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan industri tekstil modern. Tantangan lainnya adalah potensi hilangnya tradisi panjang dalam sejarah tenun Sulawesi Selatan, akibat upah penenun yang rendah, sehingga mereka terpaksa mencari nafkah di bidang lain. Ini menyebabkan generasi muda tidak tertarik menenun dan cenderung dihindari oleh orang tua untuk tidak menjadi profesi bagi anak-anak perempuannya. Di sektor hilir, konsumen tidak dapat membedakan jenis produk sutra asli dan produk campuran (polyester dan viscose), dan cenderung memilih produk yang lebih ekonomis. 

Kajian ini mengidentifikasi potensi pengembangan industri sutra Sulawesi Selatan,  mengingat keunggulan pada:  i) Peluang pasar secara kultural dan ritual (hari jadi pemerintah kabupaten, kota, pesta dll),  ii) Keahlian menenun dan keterampilan desain motif yang mudah diakses. Oleh karena itu kajian ini merekomendasikan perlunya dukungan kebijakan dan sinergitas peran pihak terkait   disetiap sektor untuk mengembangkan industri sutra Sulawesi Selatan dari hulu ke hilir.

Hasil dan rekomendasi kajian rantai nilai sutra ini penting disebarluaskan kepada para pemangku kepentingan strategis di semua level, sebagai upaya membangun pemahaman bersama tentang apa yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kejayaan sutra Sulawesi Selatan. Untuk itu, Bappelitbangda Prov. Sulsel bekerja sama dengan Yayasan BaKTI dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) melaksanakan Workshop Diseminasi Hasil Kajian Rantai Nilai Sutra  pada Selasa 3 Agustus 2021 secara daring. 

Menghadirkan narasumber: 

  • Dr. Andi Sadapotto, Ketua Tim Pelaksana Kajian Rantai Nilai Sutra Sulawesi Selatan,  Ahli Sutra-UNHAS
  • Dr. Mahyuddin Riwu, M.Si, Anggota Tim Pelaksana Kajian Rantai Nilai Sutra Sulawesi Selatan.
  • Dra. Lincah Andadari. M.Si, Peneliti Madya Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan, Badan Litbang dan Inovasi-KLHK.

Workshop yang dimoderatori oleh Lusia Palulungan, Anggota Tim Pelaksana Kajian Rantai Nilai Sutra Sulsel, dibuka dengan resmi oleh Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sulsel yang mewakili Plt Gubernur Sulawesi Selatan. Hasil kajian rantai nilai sutra yg dilaksanakan secara kolaboratif oleh Peneliti Bappelitbangda Sulsel, akademisi UNHAS, LSM Payopayo yg difasilitasi oleh BaKTI dgn dukungan KSI menunjukkan kompleksitas isu pada setiap rantai nilai sutra dan kajian ini juga telah mengidentifikasi potensi  pengembangan industri sutra Sulsel. Perlu koordinasi lintas sektor dan kolaborasi multi pihak dalam upaya mengembalikan kejayaan sutra. Saat ini, sebagai salah satu tindak lanjut rekomendasi hasil kajian, Peraturan Gubernur terkait Labelisasi Sutra Sulsel sedang berproses.

2